Serukan Gerakan Anti-Kekerasan, Ferry Wawan Cahyono: Sekolah dan Lingkungan Masyarakat Harus Jadi Tempat Aman

images

Anggota DPRD Jateng Ferry Wawan Cahyono, S.Pi., M.Si

Jateng

Bintang

19 Sep 2024


SEMARANG (Jatengreport.com) – Masalah perundungan dan kekerasan di lingkungan sekolah dan masyarakat kini menjadi salah satu perhatian serius bagi pemerintah dan masyarakat luas.

Menanggapi fenomena ini, Anggota DPRD Jawa Tengah, Ferry Wawan Cahyono, mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk bersatu dalam menyuarakan gerakan anti-perundungan dan kekerasan.

Ferry menegaskan bahwa masalah ini harus ditangani dengan sungguh-sungguh, karena tidak hanya berdampak pada korban secara fisik, tetapi juga menghancurkan mental dan psikologis yang bisa mempengaruhi masa depan generasi muda.

Dalam sebuah dialog publik yang berlangsung di Semarang, Ferry menyampaikan bahwa perundungan bukan hanya masalah individu, tetapi masalah sosial yang mengganggu harmoni dan perkembangan moral masyarakat.

Ia menegaskan pentingnya lingkungan yang aman dan kondusif, baik di sekolah maupun di masyarakat luas.

"Perundungan bukan sekadar main-main, tetapi bentuk kekerasan yang bisa menghancurkan kepercayaan diri dan mengakibatkan trauma panjang bagi korban. Jika dibiarkan, ini akan menciptakan generasi yang rentan dan tidak siap menghadapi tantangan masa depan," ujar Ferry yang juga Ketua Ormas Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong (MKGR) Jateng, di Semarang, baru-baru ini.

 

Menurut Ferry, sekolah seharusnya menjadi tempat perlindungan dan pengembangan bagi anak-anak, bukan tempat yang memicu rasa takut atau menekan mental mereka.

Ia melihat banyak anak-anak yang mengalami perundungan kehilangan semangat belajar dan bahkan memutuskan untuk meninggalkan pendidikan.

"Sekolah adalah rumah kedua bagi anak-anak. Mereka harus merasa diterima, dilindungi, dan didorong untuk mengembangkan potensinya. Jika kekerasan terjadi di sana, kita bukan hanya menciptakan korban, tetapi juga menghancurkan generasi penerus bangsa," katanya.

Ferry menekankan bahwa perlu adanya sistem pencegahan yang lebih kuat di sekolah, yang melibatkan seluruh pihak, termasuk guru, orang tua, dan siswa itu sendiri.

Ia juga mendorong pemerintah daerah dan pusat untuk memperkuat kebijakan pencegahan kekerasan di lingkungan pendidikan.

Menurutnya, sekolah harus memiliki mekanisme yang jelas dan terstruktur untuk menangani kasus perundungan, serta memastikan bahwa tidak ada siswa yang merasa terpinggirkan atau dibiarkan menjadi korban.

Selain di lingkungan sekolah, Ferry juga menyoroti kekerasan yang sering terjadi di tengah masyarakat. Menurutnya, kekerasan di masyarakat sering kali terjadi tanpa disadari karena dianggap sebagai hal biasa. Padahal, kekerasan sekecil apa pun bisa berdampak besar terhadap kehidupan sosial dan psikologis seseorang.

"Kekerasan, dalam bentuk apa pun, harus dihentikan. Tidak hanya di sekolah, tetapi juga di lingkungan tempat tinggal kita. Ketika kita melihat kekerasan dan memilih diam, kita sebenarnya turut serta dalam memperparah masalah tersebut," tegas Ferry.

Ferry juga mengajak masyarakat untuk tidak ragu melaporkan setiap bentuk kekerasan yang terjadi di sekitar mereka. Menurutnya, diam terhadap kekerasan hanya akan memperpanjang siklus kekerasan itu sendiri.

"Kita harus berani bersuara, berani melaporkan. Jangan biarkan kekerasan menjadi sesuatu yang normal dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat harus menjadi benteng pertama dalam melawan kekerasan dan perundungan," ujarnya dengan penuh semangat.

Untuk memperkuat gerakan ini, Ferry menekankan pentingnya sinergi antara pemerintah, sekolah, keluarga, dan masyarakat.

Setiap elemen memiliki peran penting dalam menciptakan sistem yang mampu mencegah dan menangani kekerasan dengan efektif. Pemerintah harus menyediakan regulasi yang mendukung dan fasilitas yang memadai, sementara sekolah perlu mengimplementasikan kebijakan tersebut secara konsisten.

Keluarga dan masyarakat, di sisi lain, harus menjadi pengawas dan pendukung dalam setiap langkah pencegahan.

Ferry juga menekankan bahwa hukum harus ditegakkan dengan tegas terhadap pelaku kekerasan, terutama jika melibatkan anak-anak.

Menurutnya, anak-anak adalah kelompok yang paling rentan terhadap kekerasan dan membutuhkan perlindungan khusus.

"Anak-anak adalah masa depan bangsa. Setiap kasus kekerasan yang melibatkan mereka harus ditindak secara tegas dan transparan. Kita harus memastikan bahwa hukum menjadi pelindung bagi mereka yang rentan," tambahnya.

Ferry menggarisbawahi bahwa DPRD Jawa Tengah mendukung penuh upaya pencegahan dan penanggulangan kekerasan, terutama yang terjadi di sekolah dan lingkungan masyarakat.

Ia menyatakan bahwa DPRD siap bekerja sama dengan pemerintah, lembaga pendidikan, serta organisasi masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang aman, damai, dan bebas dari perundungan.

"Kami di DPRD Jateng berkomitmen untuk mendukung setiap inisiatif yang bertujuan menciptakan lingkungan yang lebih baik bagi masyarakat, terutama anak-anak dan remaja. Kami percaya bahwa gerakan anti-perundungan dan kekerasan ini adalah tanggung jawab kita semua, bukan hanya pemerintah, tetapi seluruh elemen masyarakat," tutup Ferry.

Dengan adanya seruan ini, Ferry berharap masyarakat semakin sadar akan pentingnya peran mereka dalam mencegah kekerasan dan perundungan.

Ia optimis bahwa dengan kerja sama yang baik antara semua pihak, kasus-kasus kekerasan dapat diminimalisir, dan generasi muda Jawa Tengah dapat tumbuh dalam lingkungan yang aman, sehat, dan penuh dukungan. (Adv)

tag: berita



BERITA TERKAIT