Ferry Wawan Cahyono sebut Tantangan Era Digital, Kampus Harus Bentengi Generasi dengan Moral

images

Anggota DPRD Jateng Ferry Wawan Cahyono, S.Pi., M.Si

Jateng

Bintang

19 Sep 2024


SEMARANG (Jatengreport.com) – Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jawa Tengah, Ferry Wawan Cahyono, mengemukakan pentingnya peran perguruan tinggi dalam membentuk generasi muda yang tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga berakhlak mulia dan memiliki integritas moral yang kuat.

Dalam sebuah acara di Semarang, Ferry menegaskan bahwa pendidikan karakter yang diterapkan di perguruan tinggi sangat penting untuk menciptakan generasi yang mampu menghadapi tantangan masa depan dengan moral yang kokoh.

Menurut Ferry, perguruan tinggi memiliki tanggung jawab besar dalam mencetak generasi penerus bangsa yang tidak hanya menguasai ilmu pengetahuan, tetapi juga memiliki fondasi karakter yang kuat.

Pendidikan di perguruan tinggi, lanjutnya, harus menjadi proses pembentukan pribadi yang utuh, baik dari segi intelektual maupun moral.

"Pendidikan bukan hanya soal mengasah kemampuan berpikir kritis dan akademik, tetapi juga membangun kepribadian yang beretika, berintegritas, dan mampu menjadi pemimpin yang jujur serta bertanggung jawab," ujar Ferry yang juga Ketua Ormas Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong (MKGR) Jateng, baru-baru ini.

Ia menyoroti bahwa tantangan yang dihadapi generasi muda di era digital saat ini sangatlah kompleks.

Di tengah perkembangan teknologi yang pesat, arus informasi yang tidak terfilter dengan baik seringkali menjadi ancaman bagi nilai-nilai moral.

Banyak fenomena seperti penyebaran hoaks, perilaku konsumtif, hingga konten-konten negatif di media sosial yang dapat merusak karakter generasi muda.

 

"Mahasiswa saat ini menghadapi godaan yang sangat besar, dan tanpa fondasi moral yang kuat, mereka bisa terpengaruh oleh hal-hal negatif. Inilah pentingnya perguruan tinggi sebagai benteng moral yang membekali mereka dengan nilai-nilai etika dan tanggung jawab sosial," tambahnya.

Ferry juga menekankan perlunya kolaborasi antara dunia akademisi, pemerintah, dan masyarakat dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang kondusif bagi pembentukan karakter.

Menurutnya, perguruan tinggi tidak bisa bekerja sendiri dalam menanamkan nilai-nilai moral pada mahasiswa. Semua pihak, mulai dari dosen, keluarga, hingga komunitas, harus ikut berperan dalam memberikan contoh dan mendukung pendidikan karakter yang berkelanjutan.

Lebih lanjut, Ferry mengapresiasi beberapa perguruan tinggi yang telah menjalankan program-program pengabdian masyarakat sebagai bagian dari kurikulum pendidikan.

Program ini, menurutnya, memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk mengaplikasikan ilmu yang mereka pelajari sekaligus terlibat langsung dalam permasalahan yang ada di masyarakat.

Ia berharap lebih banyak perguruan tinggi yang mengembangkan inisiatif serupa, sehingga mahasiswa tidak hanya dibekali kemampuan akademik, tetapi juga memiliki kepekaan sosial dan semangat gotong royong yang tinggi.

Ferry menyampaikan bahwa pemerintah, dalam hal ini Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, juga harus memberikan dukungan penuh terhadap upaya pengembangan pendidikan karakter di perguruan tinggi.

Ia menilai, kebijakan pendidikan yang ada saat ini perlu lebih difokuskan pada penguatan nilai-nilai moral dan etika, tidak hanya sekadar mengejar pencapaian akademik.

"Pemerintah harus hadir untuk memastikan bahwa pendidikan karakter mendapat tempat yang penting dalam kurikulum perguruan tinggi. Dukungan dari segi kebijakan maupun anggaran sangat diperlukan agar program-program pembinaan karakter dapat berjalan dengan baik dan berkesinambungan," tuturnya.

Ferry juga menekankan peran vital dosen dalam proses pembentukan karakter mahasiswa.

Dosen, kata Ferry, tidak hanya berperan sebagai pengajar ilmu pengetahuan, tetapi juga sebagai pembimbing moral dan etika bagi mahasiswa.

"Dosen harus menjadi teladan bagi mahasiswa, baik dalam sikap, tindakan, maupun nilai-nilai yang dipegang. Peran dosen dalam membentuk karakter mahasiswa sangat penting, karena mahasiswa seringkali menjadikan dosen sebagai panutan dalam kehidupan mereka," ungkapnya.

Ia juga menekankan pentingnya memberikan ruang bagi mahasiswa untuk terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang bersifat membangun, baik di dalam kampus maupun di luar kampus.

Menurutnya, mahasiswa harus didorong untuk terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengasah kepekaan sosial, seperti kegiatan sosial, diskusi ilmiah, hingga partisipasi dalam organisasi kemahasiswaan.

Dengan demikian, mereka akan tumbuh menjadi individu yang peduli terhadap permasalahan sosial di sekitar mereka dan siap memberikan solusi yang bermanfaat.

Ferry berharap, dengan adanya upaya bersama dari semua pihak, perguruan tinggi di Jawa Tengah dapat melahirkan generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki integritas moral yang tinggi.

Generasi yang dihasilkan oleh perguruan tinggi ini, menurut Ferry, harus mampu menjadi agen perubahan yang membawa kebaikan bagi bangsa dan negara.

Ia juga optimis bahwa dengan pendidikan yang menekankan pada keseimbangan antara penguasaan ilmu pengetahuan dan pembentukan karakter, Indonesia akan memiliki pemimpin-pemimpin masa depan yang memiliki komitmen kuat terhadap kebenaran, keadilan, dan kesejahteraan masyarakat.

Di akhir pidatonya, Ferry menyampaikan harapannya agar perguruan tinggi terus memperkuat program-program pembinaan moral dan etika, serta tidak berhenti untuk berinovasi dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang mendukung perkembangan pribadi yang berakhlak mulia.

"Kita harus terus mendorong agar generasi muda kita tumbuh dengan nilai-nilai yang kokoh. Mereka adalah pemimpin masa depan, dan kita semua bertanggung jawab untuk memastikan bahwa mereka siap memimpin bangsa ini dengan integritas, komitmen, dan hati nurani yang bersih," pungkasnya. (Adv)

tag: berita


BERITA TERKAIT