Vatikan Rilis Film The LETTER, Pesan Bagi Umat Manusia
SEMARANG (Jatengreport.com) – Vatikan merilis film The Letter: A Message for Our Earth untuk menyampaikan pesan Vatikan untuk Selamatkan Bumi dari Kehancuran.
Berikut, penuturan Rm Ferry Sutrisna Widjaja Pr mengenai latar belakang film tersebut.
Rm Ferry merupakan seorang Imam praja (diosesan) Keuskupan Bandung yang aktif dalam kegiatan gerakan pelatihan konservasi lingkungan.
“The Letter: A Message for Our Earth adalah film produksi Off the Fence dan Laudato Si Movement bekerjasama dengan The Vatican Dicastery of Communication dan The Vatican Dicastery for Promoting Integral Human Development. Sutradara film ini Nicholas Brown pernah mendapatkan penghargaan Emmy dan BAFTA untuk film dokumenter. The Letter diluncurkan secara resmi 3 Oktober 2022 pada hari peringatan St. Fransiskus Assisi dan sudah bisa dilihat lewat Youtube.”
Off the Fence adalah produsen film lebih dari 500 jam tayang berbagai tema untuk berbagai channel. Mereka berkantor di Amsterdam di Belanda dan di Bristol di Inggris. Film-film mereka mendapat banyak penghargaan. Film The Octopus Teacher yang merupakan Netflix Original Documentary mendapat penghargaan OSCAR dan BAFTA untuk Best Documentary Feature.
Laudato Si Movement
Laudato Si Movement adalah gerakan sedunia yang lahir sebagai tanggapan atas ensiklik Laudato Si dari Paus Fransiskus. Laudato Si dipublikasikan oleh Paus Fransiskus pada Hari Raya Pentakosta tanggal 24 Mei 2015 sebagai “A New Pentecost of the Whole Creation”. Laudato Si bukan dogma atau doktrin agama yang hanya berlaku untuk penganut agama tertentu saja. Laudato Si adalah seruan dan ajakan moral berbasis sains untuk semua orang yang hidup di planet bumi untuk bersama-sama merawat rumah kita bersama
Laudato Si Action Platform
Untuk mewujudkan semangat Laudato Si, Paus Fransiskus meluncurkan Laudato Si Action Platform (LSAP) pada World Day of the Poor tanggal 14 November 2021 selama 7 tahun untuk 7 sektor dengan 7 goals yaitu Respond to The Cry of The Earth, Respond to The Cry of The Poor, Ecological Economics, Adoption of Sustainable Lifestyle, Ecological Education, Ecological Spirituality, dan Community Engagement and Participatory Action.
Berdurasi 1 jam 21 menit 20 detik
Film dengan durasi 1 jam 21 menit 20 detik diawali dengan kisah orang Senegal Bernama Bilal Seck atau Billy, seorang pengungsi akibat krisis iklim. Billy memutuskan mengungsi meninggalkan daerah tempat tinggalnya yang sudah rusak terkena naiknya muka air laut. Kehidupan menjadi sulit. Tidak cukup pekerjaan untuk semua. Mengungsi adalah pilihan untuk kemungkinan hidup lebih baik. Banyak pengungsi meninggal ketika perahu mereka tenggelam. Kata Paus Fransiskus menjadi terbiasa dengan penderitaan orang lain adalah sangat berbahaya dan merupakan penyakit yang gawat.
Dikritik sekaligus dipuji
Tahun 2015 Paus Fransiskus diundang untuk berbicara di Sidang Umum PBB. Ada cukup banyak orang yang mengritik bahwa Paus Fransiskus dinilai tidak punya otoritas untuk berbicara mengenai situasi bumi. Ada yang menganggap Paus Fransiskus menerima informasi yang keliru mengenai situasi bumi. Di pihak lain, ada cukup banyak orang yang menghargai Paus Fransiskus yang berani menerbitkan Laudato Si yang dinilai sebagai dokumen yang sangat penting untuk keberlangsungan hidup planet bumi. Paus Fransiskus mengingatkan bahwa di bumi ini semuanya saling terhubung dan kita semua dipanggil untuk mendengarkan penderitaan ibu bumi dan sekaligus penderitaan orang miskin.
Lima aktivis berbagai latar belakang
Film ini mengisahkan lima orang aktivis dari berbagai latar belakang, yaitu Arouna Kande dari Senegal, Chief Dada Borari dari hutan Amazon di Brazil, Ridhima Pandey dari Haridwar India, serta suami istri Dr. Greg Asner dan Dr. Robin Martin dari Hawaii.
Arouna Kande adalah pengungsi akibat krisis iklim yang tinggal di daerah pertanian di Senegal di mana 80 % penduduknya hidup dalam kemiskinan. Tanah di daerah pertanian semakin kering dan menjadi gurun yang tandus. Ketika baru berusia 6 tahun, pamannya yang seorang guru Al Quran membawanya ke sekolah Al Quran atau semacam pesantren di kota pantai di Saint-Louis. Arouna harus mengemis untuk mempertahankan hidupnya. Akibat naiknya permukaan air laut, Saint-Louis semakin tenggelam. Rumah-rumah rusak kena air laut. Sebagian penduduk tinggal di rumah-rumah yang sudah sebagian tergenang air laut. Banyak orang muda nekad naik perahu seadanya untuk mengungsi meninggalkan Senegal. Banyak yang meninggal di laut karena perahunya tenggelam.
Chief Cacique Odair “Dadá” Borari adalah seorang pemimpin komunitas Novo Lugar dari suku Borari di Maro Indigenous Territory di hutan Amazon di Brazil seluas 42 ribu hektar. Chief Dada percaya akan Sang Tupa yaitu Yang Mahakuasa Sang Pencipta yang melindungi semua ciptaan yang ada di alam semesta. Tahun 2002 perusahaan kayu dan penebang kayu liar menebang pohon-pohon untuk membuka peternakan sapi, perkebunan kedelai, dan aneka usaha pertambangan dan mineral. Ketakutan terbesar Chief Dada adalah hilangnya hutan akibat keserakahan perusahaan besar agribisnis yang hanya melihat hutan Amazon sebagai peluang bisnis. Mereka tega untuk memotong semua pohon dan menguras kekayaan alamnya. Chief Dada menggunakan GPS untuk membuktikan penebangan dan penambangan liar untuk mendesak pemerintah bertindak. Karena sikapnya tersebut, Chief Dada pernah ditangkap dan ditendang sampai pingsan oleh orang-orang yang membencinya.
Ridhima Pandey sejak kecil sudah aktif dalam gerakan lingkungan hidup. Ayahnya Dinesh Pandey bekerja di Wildlife Trust India. Ibunya Vinita Pandey bekerja untuk Forest Department negara bagian Uttarakhand. Inilah keluarga aktivis lingkungan hidup yang tinggal tidak jauh dari Sungai Gangga. Saat masih berusia 9 tahun, Ridhima sudah memprotes pemerintah yang dianggapnya tidak menjalankan kewajiban menjaga lingkungan hidup. Ridhima sangat terguncang ketika cuaca yang sangat buruk menyebabkan banjir besar di daerahnya. Sejak itu ia sering mimpi buruk saat tidur.
Tahun 2019, Ridhima terpilih bersama 15 anak lain termasuk Greta Thunberg untuk berbicara di United Nations Climate Action Summit di PBB. Tahun 2021, Ridhima bersama Greta Thunberg dan 11 anak lainnya meminta Sekjen PBB Antonio Guterres untuk segera menyatakan krisis iklim sudah mencapai status darurat level 3. Ridhima sering dijuluki Greta Thunberg dari India. Di PBB, Ridhima minta semua pemimpin global agar berusaha menghentikan perubahan iklim. Kalau tidak dihentikan, maka akan membahayakan masa depan kita semua. Kita harus bertindak sekarang. Ridhima dengan penuh keyakinan mengatakan ingin menyelamatkan masa depan semua anak-anak dan generasi yang akan datang. Ridhima menegaskan bahwa ia tidak akan pernah berhenti berjuang.
Dr. Greg Asner dan Dr. Robin Martin adalah pasangan suami istri ahli biologi kelautan yang tinggal di Hawaii. Mereka melakukan penelitian bagaimana pemanasan global mempengaruhi suhu di lautan yang mempengaruhi keberlangsungan batu karang laut (coral reef). Mereka menemukan cara membuat peta batu karang laut dengan menggunakan kamera 3D khusus yang dipasang di dalam pesawat terbang khusus. Batu karang laut adalah organisme hidup yang merupakan sumber makanan, sumber oksigen, pelindung pantai, sumber plankton, dan menjadi rumah bagi banyak makhluk laut lainnya. Mereka menemukan bahwa 35% batu karang laut di lautan Hawaii sudah mati. Gelombang panas di dalam laut yang mengakibatkan kematian batu karang tidak bisa disiram dan dicegah seperti mematikan api dalam hutan yang terbakar. Mereka mengatakan tidak menjalankan kehidupan agama apapun, namun mereka mengakui bahwa di dalam keheningan laut dan menyaksikan kekayaan laut mereka sering terpesona dan sering bertanya “siapa” yang mengatur semuanya begitu indah.
Kardinal Raniero Cantalamessa dan Dr. Lorna Gold
Film ini juga menampilkan Kardinal Raniero Cantalamessa dan Dr. Lorna Gold. Kardinal Cantalamessa adalah satu-satunya pengkotbah kepausan. Beliau melayani Paus Yohanes Paulus II, Paus Benediktus XVI, dan Paus Fransiskus. Ia menulis banyak buku rohani dan sering diundang untuk memberi retret di seluruh dunia. Ia seorang imam Fransiskan Kapusin (OFM Cap).
Kardinal Cantalamessa hatinya sangat tersentuh ketika mendapatkan kesempatan pertama kali untuk membaca relik naskah kuno asli berisi Canticle of Creation dari St. Fransiskus Assisi (1224). St. Fransiskus Assisi mempunyai perhatian khusus kepada alam dan selalu meluangkan waktu dalam keheningan untuk memperbaharui relasi dengan alam dan Sang Pencipta sebagai sumber kehidupannya. Kita hanya bisa merawat bumi rumah kita bila mempunyai motivasi yang bersifat transenden. Bumi ini bukan milik kita. Bumi diserahkan kepada kita oleh Tuhan untuk kita rawat.
Dr. Lorna Gold adalah pimpinan Laudato Si Movement International. Ia sudah aktif dalam gerakan lingkungan hidup sejak masih muda. Ia pernah menjadi Head of Policy and Advocacy Trócaire yaitu badan Gereja Katolik Irlandia untuk kegiatan sosial dan pembangunan di Irlandia dan membantu negara-negara lain di dunia. Ia juga pernah memimpin Laudato Si Project di Irlandia. Saat ini Lorna bekerja di FaithInvest yang dipimpin Martin Palmer untuk membantu lembaga religius untuk memilih investasi yang sesuai dengan nilai-nilai religius dan tujuan Sustainable Development Goals (SDGs). Martin Palmer juga muncul wajah dan suaranya dalam film The Letter ini.
Surat Paus untuk umat
Di awal film, Dr. Lorna Gold menyapa penonton dengan mengatakan bahwa Paus Fransiskus menulis surat untuk kita semua. Pada umumnya orang tidak percaya bagaimana mungkin paus menulis surat untuk mereka. Sesungguhnya memang benar bahwa Paus Fransiskus menulis surat untuk kita semua. Paus Fransiskus ingin menyapa dan berdialog dengan semua orang yang tinggal di planet bumi rumah kita bersama mengenai apa yang terjadi dengan bumi kita dan apa yang harus kita lakukan.
Lalu Fr. Joshtorm Kureethadam dari The Vatican Dicastery for Promoting Integral Human Development yang saat ini dipimpin Kardinal Michael Czerny menjelaskan proses memilih lima orang aktivis lingkungan hidup dari berbagai latar belakang untuk dipertemukan dengan Paus Fransiskus, yaitu Arouna Kande seorang pemuda dari Senegal yang beragama Islam mewakili voices of the poor, Chief Dada Borari dari hutan Amazon di Brazil yang menganut agama asli mewakili voices of the indigenous people, Ridhima Pandey seorang gadis muda berusia 13 tahun dari India yang beragama Hindu mewakili voices of the youth, serta suami istri Dr. Greg Asner dan Dr. Robin Martin ahli biologi kelautan dari Hawaii yang mengaku tidak menjalani kehidupan beragama mewakili voices of the wildlife. Kardinal Peter Turkson yang memimpin The Vatican Dicastery for Promoting Integral Human Development (2017-2021) nampak wajahnya dalam film ini.
Keberanian memilih nama St. Fransiskus Assisi
Film ini tentu saja juga menampilkan Paus Fransiskus. Tahun 2013 ketika terpilih menjadi paus, beliau memilih nama St. Fransiskus Assisi (1182-1226). Kardinal Cantalamessa mengatakan belum ada paus yang berani menggunakan nama St. Fransiskus Assisi karena artinya harus berani menjawab tantangan yang sangat besar untuk mengikuti jejak teladan kehidupan St. Fransiskus Assisi. Paus Fransiskus memilih nama St. Fransiskus Assisi yaitu orang yang mencintai orang miskin, pembawa damai, dan orang yang mencintai dan melindungi ciptaan karena merasakan sekarang ini kita tidak mempunyai relasi yang baik dengan seluruh alam ciptaan. Paus Fransiskus berharap benih yang ada di dalam hidup St. Fransiskus Assisi akan tumbuh di dalam hati banyak orang.
Menara Babel kesombongan manusia
Paus Fransiskus mengatakan bahwa dunia saat ini seperti sedang membangun Menara Babel kesombongan manusia setinggi mungkin. Batu-batunya adalah batu kekuasaan dan batu ekonomi. Orang-orang bekerja siang malam membangun menara ini sebagai budak. Kalau ada budak yang jatuh dan mati maka akan diganti budak yang lain. Tidak ada yang peduli. Saat ini bumi dan alam semesta sudah menjerit kesakitan dan minta kita berhenti. Stop menyakiti bumi rumah kita bersama!
Paus Fransiskus tidak sadar menggunakan bahasa Spanyol ketika berjumpa dengan Arouna Kande, Chief Dada, Ridhima Pandey, serta Greg Asner dan Robin Martin yang ditemani Lorna Gold. Paus Franskiskus meminta maaf karena kalau sedang berbicara dari dalam hatinya, beliau akan spontan menggunakan bahasa ibunya yaitu bahasa Spanyol. Paus Fransiskus mengingatkan bahwa seruan untuk menyelamatkan bumi harus muncul dari generasi muda sebagai pewaris dan sekaligus penyelamat dunia. Kita harus menyanyi bersama bagaikan suatu paduan suara untuk menyelamatkan alam semesta, kita semua, dan anak cucu kita. Jangan menyingkirkan dan membuang siapapun dalam perjuangan ini.
Sesudah berjumpa dengan Paus Fransiskus, Arouna Kande, Chief Dada, Ridhima Pandey, serta Greg Asner dan Robin Martin diajak Lorna Gold untuk mengunjungi Assisi untuk merasakan semangat dan jiwa St. Fransiskus Assisi. Saat itulah Arouna menerima kabar bahwa sekolah tempatnya tinggal terkena banjir dari naiknya air laut. Arouna juga melihat video yang dibuat Bilal Seck atau Billy yang perahunya tenggelam saat menyeberang ke Spanyol. Untunglah banyak yang bisa diselamatkan oleh perahu nelayan yang menemukan mereka. Arouna sangat sedih dan terpukul dengan kabar yang diterimanya dari Senegal. Semua yang lain juga ikut merasa sedih dan tak berdaya.
Arouna berterima kasih kepada semuanya karena merasakan kebersamaan sebagai satu keluarga yang siap berjuang bersama untuk membangun masa depan. Chief Dada mengatakan sekarang ia tidak akan pernah merasa takut lagi karena ia merasa tidak sendirian lagi. Ia yakin bahwa penderitaan seseorang adalah penderitaan kita semua. Lorna merasa sangat kesakitan karena merasa tidak bisa berbuat apa-apa untuk menolong mereka yang menderita. Ridhima mengajak semuanya untuk bertindak mengatasi krisis iklim dan menjadi perubahan yang ingin kita saksikan dan alami dalam kehidupan ini.
Kesempatan memilih jalan
Film ditutup dengan Lorna yang mengingat pada awalnya mereka berkumpul sebagai orang asing yang datang dari berbagai latar belakang, namun akhirnya berbagi mimpi yang satu. Lorna yakin bahwa masih ada harapan dan perubahan kalau kita membangun aliansi. Arouna tidak bisa berhenti membayangkan dirinya sedang dalam penjelajahan bersama menuju masa depan. Chief Dada semakin yakin bahwa masa depan Amazon tergantung kita semua. Ridhima mengajak semuanya bertindak mengatasi krisis iklim dengan menjadi perubahan yang kita mimpikan. Greg Asner menemukan bahwa perspektif hidup dan karirnya berubah. Martin Robin yakin bahwa setiap orang mempunyai kisahnya sendiri. Paus Fransiskus menutup dengan mengatakan kita saling membutuhkan. Tidak ada manusia yang sendirian. Kita hanya bisa membangun masa depan di mana setiap orang mengambil bagian.
Sesudah film selesai dibuat, Arouna menjadi mahasiswa sambil bekerja di Maison de la Garde pimpinan Issa Kouyate yang aktif dalam usaha penghijauan dan edukasi orang muda. Ia ikut serta dalam proyek pemberdayaan petani perempuan, membangun klinik kesehatan, dan pembuatan jalan penghubung sepanjang 7 kilometer. Arouna bercita-cita menjadi pekerja sosial untuk mengajak orang muda Senegal untuk tidak putus asa dan mengungsi melainkan mencari jalan untuk membangun Senegal. Arouna tidak ingin berhenti memikirkan bagaimana membangun masa depan Senegal yang lebih baik.
Chief Dada melanjutkan perjuangannya membela hak-hak masyarakat asli atas tanah mereka. Chief Dada juga berusaha mendidik generasi muda untuk mempertahankan hutan rumah mereka di hutan Amazon. Ia juga mengusahakan berbagai proyek kesehatan masyarakatdan pelatihan aktivis pembela lingkungan lewat organisasi Forest Forces. Karena perjuangan dan suara vokalnya, Chief Dada semakin banyak mengalami ancaman yang membahayakan kehidupannya.
Ridhima bersama ayahnya merintis lembaga yang menyediakan pendidikan dan dukungan untuk masyarakat miskin di India. Ia juga aktif dalam upaya perlindungan gajah dan pelatihan bagi perempuan muda sambil meneruskan sekolahnya.
Greg Asner dan Robin Martin mendirikan Hawaii Marine Education and Research Center (MERC) suatu lembaga pendidikan yang memadukan sains, komunitas, dan masyarakat asli untuk melindungi keanekaragaman laut. Mereka berharap Hawaii MERC menjadi model dan contoh bagi lembaga lainnya di seluruh dunia.
Bagi yang ingin melakukan sesuatu untuk merawat rumah kita bersama, TheLetterFilm.org menyediakan berbagai info, materi, dan link yang berguna.
Kita semua ada di persimpangan jalan. Manusia diberi kesempatan untuk memilih jalan yang mana. Kita sebenarnya tahu jalan mana dan apa yang harus dilakukan. Saat inilah kita harus memilih dan bertindak. Sekarang atau tidak sama sekali. Masih ada harapan. Sekali kita sudah tahu dan sadar, kita tidak lagi bisa memalingkan wajah dan tidak peduli.
Kata Lorna Gold, “Once you know, you cannot look away.” (RED)
tag: vatikan , the letter , katolik