Dapat Penghargaan, Pakar Gizi di Semarang Salut dengan Berbagai Program Pencegahan Stunting dari Mbak Ita

images

Nasional

Tim Jateng Report

28 Nov 2023


SEMARANG (Jatengreport.com) - Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu mendapatka  penghargaan kategori Government Officer for Healthcare and Stunting Eradication Initiatives dalam acara malam penganugerahan People of The Year 2023 di Grand Studio Metro TV, Jumat (24/11).

Penghargaan tersebut menjadi bukti adanya komitmen dan perhatian serius yang ditunjukkan mbak Ita, sapaan akrab wali kota dalam menyelesaikan masalah kesehatan dan persoalan stunting di Kota Semarang.

Usai menerima penghargaan, Mbak Ita menyampaikan bahwa raihan penghargaan tersebut karena dukungan dan gerak bersama dari stakeholder maupun masyarakat di Kota Semarang. Dirinya juga optimis pada tahun 2024 kota Semarang akan menjadi kota dengan zero stunting.

“Kami atas nama pemerintah kota Semarang, saya mewakili karena semua adalah konsep bergerak bersama. Dan tentunya dengan diberikan penghargaan akan menjadikan motivasi kami semua, dan kami targetkan Insya Allah 2024 nanti zero stunting,” ujar Mbak Ita.

Raihan yang didapat oleh Mbak Ita tersebut mendapat tanggapan positif dari Pakar Gizi di Semarang, Dr. Fitriyono Ayustaningwarno S.Tp M.Si yang juga merupakan Dosen Departmen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro Semarang.

Fitriyono menuturkan Pemerintah Kota Semarang di bawah kepemimpinan Mbak Ita memang memiliki berbagai macam program untuk terkait dengan stunting ini.

"Jadi memang perhatian pemerintah di bidang penanganan stunting ini penting sekali karena apabila hanya ada arahan dari Presiden, tetapi kalau tidak difollow up dari Pemerintah Kota maka pendekatan yang dilakukan bisa tidak maksimal. Kita sangat bahagia sekali dan mendukung terkait dengan program-program yang diluncurkan oleh Mbak Ita dan jajarannya. Hal itu membuktikan bahwa perhatian beliau terhadap stunting ini memang serius dibandingkan daerah-daerah lainnya yang masih kurang," paparnya saat dihubungi Senin 27 November 2023.

Lebih lanjut, Fitriyanto menjelaskan ada banyak upaya dari Pemerintah Kota Semarang untuk mengentaskan stunting. Dalam hal ini, pemkot juga melakukan kerjasama dengan berbagai stakeholder baik bersama OPD, pengusaha, asosiasi hotel, perkumpulan jasaboga, CSR dan organisasi pemerintahan.

Dari beebagai jenis program kerjasama tadi ada yang diapresiasi penuh oleh Fitriyanto yakni Rumah Gizi, Rumah Pelita sampai Cempaka.

Untuk Cempaka yang merupakan kerja sama pemerintah kota dengan hotel-hotel dan perusahaan yang ada di Semarang untuk menggunakan makanan-makanan yang ada di hotel tersebut untuk penanganan stunting.

Begitu pula dengan Rumah Gizi yang digunakan untuk tulang punggung penanganan stunting. Jadi masyarakat atau anak-anak yang terindikasi stunting secara langsung dirujuk ke rumah gizi tersebut untuk diberi edukasi dan juga penanganan medis secara langsung terkait dengan stunting.

"Kemudian terkait juga dengan integrasi lainnya seperti program kesehatan yang bisa diberikan rumah sakit apabila ada pasien-pasien yang terindikasi stunting untuk diberikan intensif agar penanganan stunting lebih fokus. Jadi kita sangat menyambut dan ikut berkolaborasi. Seperti di kegiatan sebelumnya termasuk beberapa hari yang lalu di simpang Lima, program studi Ilmu Gizi juga mengirimkan tim untuk meramaikan acara," paparnya.

Tidak hanya itu, Fitriyanyo juga mengomentari inovasi Mbak Ita dalam pencegahan stunting dengan mengenalkan makanan pengganti beras atau karbohidrat dari umbi-umbian.

Bahkan, setiap menyapa warga Mbak Ita selalu mengkampanyekan resep Opor Singkong.

Menurut Fitriyanto, makanan pendamping beras adalah strategi untuk penanganan stunting karena memang, sumber karbohidrat lain seperti jagung, ubi-ubian nilai gizinya tidak kalah dengan beras sebenarnya.

Bahkan dengan keanekaragaman sumber karbohidrat tadi diharapkan bisa meningkatkan ketahanan pangan dari masyarakat.

Pasalnya kalau misalnya terjadi kenaikan stabilitas harga dari beras itu, masyarakat bisa berpindah secara langsung ke makanan pendamping tadi sehingga tidak ada anggapan lagi belum makan nasi, belum makan.

"Lalu seperti ubi jalar kuning atau waluh itu punya sumber vitamin lainnya seperti pro Vitamin A atau betakaroten, dan juga vitamin C yang tidak mungkin ada di beras," ucapnya.

Lalu bagaimana target pemkot dalam mewujudkan Zero Stunting di 2024 nanti? Fitriyanyo mengatakan bahwa target itu sebetulnya cukup tinggi.

Namun dirinya menggarisbawahi bahwa menghapus stunting tidak mudah.

Misalkan pernikahan dini yang kemudian calon pengantin tersebut belum mendapatkan gizi yang memadai sehingga tidak mungkin sekitar tiga tahun lagi baru kejadian. Nah potensi itu bisa saja selalu muncul apabila tidak segera ditangani.

Untuk kejadian stunting banyak sekali faktornya dan perlu penanganan multindimensi dan kerja sama dari semua pihak.

"Tapi kami optimistis bahwa penurunan stunting akan signifikan dan harus dibarengi dengan kinerja bersama untuk selalu mencegah stunting. Dari tingkat perhatian antar lini yang kami amati dari akademisi ini, kami percaya bahwa penurunan tingkat stunting bisa signifikan walaupun mungkin tidak 0. Dan pasti akan ada beberapa persen, 0,5 atau 1 persen yang masih tersisa," paparnya.

Sementara apabila merujuk data Dinas Kesehatan Semarang, dari data terakhir di bulan Oktober apabila ditotal dari 16 kecamatan berjumlah 926.

Angka itu termasuk mengalami penurunan dari 2 bulan terakhir yakni di bulan Agustus dengan angka 1022 dan bulan September yang berjumlah 938.

Sejauh ini ada 3 kecamatan dengan stunting tertinggi yakni Semang Utara dengan data terakhir di bulan Oktober dengan angka 161, lalu Semarang Barat berjumlan 87 dan Ngaliyan dengan 80.

Lalu 3 kecamatan terendah yakni di Tugu dengan data di bulan Oktober berjumlah 17, Candisari 23 dan Gayamsari 24.

Terakhir ada 10 Kelurahan dengan stunting tertinggi dan 20 kelurahan dengan stunting terendah atau zero stunting.

Berbagai upaya dari Mbak Ita dalam pencegahan stunting juga sudah dirasakan oleh masyarakat yang salah satunya adalah Ketua PKK Kelurahan Gunungpati yakni Siti Khaeromah yang memanfaatkan betul resep Opor Singkong dari Mbak Ita untuk mencegah stunting di wilayahnya.

"Kalau dulu tetangga saya karena ekonominya kurang, setiap hari ada selingan masak kare singkong. Jadi kalau saya main ke situ dikasih itu. Saya nanya, kenapa nggak pakai nasi ternyata penggantinya singkong itu. Kalau di keluarga saya, kalau Minggu juga diganti singkong bakar dan rebus. Untuk stunting tadi saya rasa bakal cukup menolong," ungkapnya.

Menurut Siti resep seperti itu bisa diterapkan masayarakat, khususnya untuk asupan gizi yang baik untuk masayarakat.

Terlebih pada saat ini harga beras cukup mahal sehingga bisa dijadikan sebagai pengganti.

"Masakan itu sudah tahu lama. Apalagi di zaman dahulu ya. Kalau dulu nggak mudah tidak seperti sekarang yang mudah didapat. Apalagi kalau seperti ini beras mahal. Jadi kami masyarakat di desa memanfaatkan apa yang ada di sekitar jadi kayak ubi, terus talas atau kimpul sudah dikenalkan dari kecil," ucapnya.

Selain itu juga upaya menekan angka stunting juga dilakukan oleh Ketua Forum Posyandu Kelurahan Jatirejo, Hikayati.

Kata Hikayati, dari 112 anak balita di kelurahannya ada 3 anak yang stunting.

"Namun yang satu sudah kami tuntaskan dan tinggal dua," ujarnya.

Upaya penuntasan stunting dia lakukan dengan program "Dapur Dahsyat". Program ini kelompoknya buat untuk mengatasi stunting.

Lebih konkrit Hikayati mengungkapkan, program itu dibentuk dengan swadaya dari ibu-ibu PKK dan warga.

"Ada pertemuan pkk, kasih serkiler. Kami jadikan satu terus kami gilir tiap RW gantiaan masak untuk Pemberian Makanan Tambanan (PMT) untuk stunting. Kadang anaknya jenuh, kami berikan inovasi dalam masakan," kata Hikayati yang juga sebagai ketua RW 2.

tag: Wali Kota Semarang Hevearita



BERITA TERKAIT