Jangan Salah, Selingkuh Itu Lumrah Loh!
SEMARANG (Jatengreport.com) – Dalam hubungan romansa, tentunya dilalui banyak lika-liku. Klise dalam romansa kalau dipikir-pikir juga aneh. Kadang kalau sering bertemu berantem, tapi juga kalau jauh dikit kangen.
Adu argumen, adu pendapat itu pasti dalam setiap hubungan. Karena secara tidak langsung itu sebagai pedoman kita mencari frekuensi yang pas dengan pasangan.
Saya yakin, dalam setiap hubungan pasti yang utama adalah komitmen dan kesetiaan. Dua poin tersebut seakan tidak pernah lepas dan menjadi landasan dalam menjalin hubungan. Namun, tidak sedikit juga yang dalam menjalin hubungan melanggar salah satu poin tersebut atau bahkan keduanya.
Tentu kalau kita dihadapkan masalah seperti itu, secara logis kita pasti akan langsung meninggalkan pasangan kita. Tapi masalahnya, kalau sudah bicara tentang cinta, hal logis sekalipun seakan jadi tabu. Ibarat kata, profesor sekalipun kalau sudah kenal cinta seakan mengulang pendidikan dari SD.
Seakan mengamini hal tersebut, di lapangan banyak sekali kejadian ketika pasangan kita ketahuan selingkuh, kita secara tidak sadar pasti akan mempertahankannya dengan dalih, “aku masih sayang kamu”. Sampai-sampai muncul sebuah ungkapan “selingkuh badan boleh, asal jangan selingkuh hati”.
Saking komunalnya kejadian tersebut, selingkuh jadi hal yang wajar. Seperti yang saya utarakan di atas, bahkan sekarang orang selingkuh dibagi dua kubu. Satu kubu yang selingkuh badan boleh asal jangan selingkuh hati, satunya kubu selingkuh hati boleh asal jangan selingkuh badan.
Namun, ketidaksetiaan dalam bentuk apa saja tentu menjadi hal yang menyakitkan bagi siapa pun yang menjalani sebuah hubungan.
Sebuah studi menyatakan bahwa sebagian besar perempuan merasa bahwa ketidaksetiaan secara emosi atau perasaan, jauh lebih menyakitkan ketimbang ketidaksetiaan secara seksual.
Survei membuktikan, 2 dari 3 perempuan menyatakan mereka akan merasa jauh lebih tersakiti jika pasangannya membangun ikatan perasaan dibandingkan pasangan mereka tidur dengan perempuan lain.
Namun ternyata hal ini berlaku sebaliknya bagi para lelaki. Kebanyakan dari mereka menyatakan bahwa ketidaksetiaan secara seksual lebih menyakitkan. Demikian dilaporkan counselheal.com.
“Lelaki melaporkan bahwa skenario ketidaksetiaan seksual cenderung lebih menimbulkan stres dibandingkan skenario ketidaksetiaan emosi atau perasaan,” demikian ditegaskan kepala peneliti, Dr. Gary Brase dari Kansas University.
Bagi sebagian perempuan mungkin berlaku ungkapan “biarkan saja botolnya pergi ke mana pun, asal dia pulang pada tutupnya”. Tapi bagi sebagian lelaki, “jika tutup botol miliknya sudah menutupi botol lain, tidak ada istilah kembali lagi pada botol asal”.
Disini, bukan berarti saya membenarkan perselingkuhan, loh ya! Tapi memang, “ini loh yang sedang terjadi di society kita,”. Menurut saya, dalih apapun itu untuk membenarkan dan memberi ruang untuk perselingkuhan adalah sampah. (BDP)
Semoga setiap pasangan yang sedang menjalin hubungan lebih bijak dalam mengambil keputusan dan semoga tulisan ini bermanfaat.
tag: selingkuh , trenslingkuh , selingkuhmenjadilumrah