Lumpuhkan Kota, Tak Gentar Berlayar Demi Energi Negeri
Jateng
Bintang
25 Okt 2025
Oleh: Bintang Diega Pratama
SEMARANG (Jatengreport.com) - Subuh di Kaligawe, Semarang, terasa berbeda pagi itu. Kabut tipis bercampur uap air rob yang tak kunjung surut.
Jalanan utama yang menghubungkan Semarang ke Demak berubah menjadi lautan kecil, dengan air menggenang setinggi lutut orang dewasa.
Deru mesin kendaraan bergema pelan di antara cipratan air, tapi hanya sedikit yang berani melintas.
Di tengah pemandangan itu, sebuah truk tangki dengan logo merah Pertamina Patra Niaga tampak melaju perlahan.
Gelombang air memantul dari roda besar, tapi sopirnya tak berhenti.
Sementara banyak pengusaha dan pekerja terhenti karena banjir, para pekerja energi ini justru menembus batas genangan.
Mereka bukan sekadar membawa bahan bakar, tapi membawa kehidupan dan api yang menjaga kota tetap hidup, dapur tetap mengepul, dan generator tetap menyala.
Menyalakan Energi di Tengah Air
Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Tengah & DIY menyadari betul bahwa distribusi energi tidak boleh berhenti.
Banjir mungkin menutup jalan, tapi tidak boleh memutus semangat.
Area Manager Communication, Relation & CSR Pertamina Patra Niaga Regional Jateng–DIY, Taufik Kurniawan, mengatakan pihaknya telah menyiapkan skenario darurat begitu laporan banjir Kaligawe masuk.
“Kami pastikan stok BBM dan elpiji dalam keadaan aman. Untuk menjaga kelancaran suplai, kami menempuh rute alternatif karena jalur reguler di Kaligawe Sayung terdampak banjir,” ujarnya, lewat keterangan persnya di Semarang, Jumat (24/10).
Langkah ini bukan perkara mudah. Biasanya, rute Semarang ke Demak menjadi jalur utama distribusi BBM ke arah Pantura Timur seperti Pati, Jepara, dan Kudus.
Namun dengan kondisi air setinggi 70–80 sentimeter, Pertamina harus memutar ke arah Karangawen.
Truk pengangkut BBM Pertamina menerobos banjir di ruas Jalan Kaligawe, Semarang, untuk memastikan distribusi energi tetap berjalan di tengah genangan.
Sementara untuk Demak bagian selatan hingga Purwodadi, pasokan dialihkan melalui Boyolali Selatan.
“Jadi coverage jamnya hampir sama dibandingkan melalui rute Karangawen. SPBU yang biasa disuplai dari Semarang kini disalurkan dari Boyolali,” jelas Taufik.
Skenario itu membuat tim logistik harus bekerja dua kali lebih keras. Sopir tangki yang biasanya menempuh 5 jam perjalanan kini bisa butuh 8 jam lebih. Namun mereka tak mengeluh.
Hujan deras bukan halangan bagi kru lapangan Pertamina. Di tengah genangan air, mereka tetap melakukan pemantauan rutin terhadap enam SPBU di sepanjang jalur Kaligawe hingga Sayung yang terdampak banjir rob.
Beberapa SPBU memang mengalami penurunan volume penjualan. Namun, Taufik menegaskan semuanya masih beroperasi dengan stok aman.
“SPBU di wilayah tersebut sudah memiliki langkah preventif agar tidak terjadi intrusi air ke dalam tangki BBM. Kami pantau secara berkala,” ujarnya.
Jika ditemukan indikasi pencemaran air laut ke tangki BBM, SPBU segera ditutup sementara demi keamanan konsumen.
“Tidak mudah bagi tim di lapangan, tapi kami tetap jaga kualitas dan keselamatan,” tambahnya.
Bagi pekerja di sektor energi, tanggung jawab tidak mengenal waktu dan cuaca. Di Depot Pengisian Bahan Bakar Minyak, beberapa operator harus bekerja hingga dini hari.
Mereka memeriksa katup, memantau tekanan, dan memastikan setiap liter BBM yang keluar tetap sesuai standar.
Energi ke Empati
Banjir besar di Semarang bukan sekadar bencana infrastruktur. Ia menyentuh sendi-sendi kemanusiaan.
Data BPBD menunjukkan, jumlah warga terdampak melonjak dari 38 ribu menjadi lebih dari 63 ribu jiwa atau sekitar 21 ribu keluarga.
Air meluas ke 34 kelurahan di lima kecamatan: Gayamsari, Genuk, Pedurungan, Semarang Utara, dan Semarang Timur. Kaligawe, Tambakrejo, serta Sawah Besar menjadi kawasan paling parah.
Namun di tengah kesulitan itu, Pertamina hadir bukan hanya sebagai penyalur energi, tapi juga pembawa empati.
Bersama BPBD Kota Semarang, Pertamina mendirikan dapur umum untuk pengungsi.
“Pertamina membantu masyarakat dalam bentuk bantuan bright gas untuk dapur umum yang dikelola BPBD Kota Semarang,” kata Taufik Kurniawan.
Tabung gas merah muda berlogo Pertamina itu kini menjadi sumber api di tenda-tenda pengungsian.
Petugas Pertamina menyalurkan Bright Gas 5,5 kg kepada personel BPBD yang bertugas di dapur umum penanganan banjir di Semarang. Penyaluran ini dilakukan untuk memastikan kebutuhan energi masyarakat dan relawan tetap terpenuhi selama masa tanggap darurat.
Di sanalah para relawan memasak nasi bungkus, membuat bubur, atau sekadar air hangat untuk anak-anak.
Bagi Pertamina, bantuan tersebut bukan pencitraan, melainkan panggilan tanggung jawab sosial.
Di balik banjir Kaligawe, ada pelajaran berharga tentang ketahanan energi dan kemanusiaan.
Pertamina tidak hanya memindahkan rute, tapi memindahkan paradigma bahwa pelayanan publik sejati adalah keberanian untuk hadir ketika banyak pihak memilih berhenti.
Skenario darurat, armada tambahan, pemantauan stok, hingga bantuan sosial semuanya berjalan serentak. Koordinasi dilakukan lintas instansi, dari kepolisian hingga BPBD. Bahkan, beberapa kapal suplai elpiji yang biasa bersandar di Terminal Elpiji Elindo Semarang dialihkan ke suplai point Hema di Rembang, demi menjaga pasokan.
Keteguhan itu menjadikan Pertamina bukan sekadar perusahaan energi, tapi juga simbol daya tahan. Mereka tidak hanya menyalakan mesin, tapi juga menyalakan harapan.
Energi Sejati dari Hati
Ketika malam tiba, genangan di Kaligawe memantulkan cahaya lampu dari truk tangki Pertamina yang melintas.
Di tengah air yang bergelombang, siluet kendaraan itu tampak seperti kapal besar yang mengarungi lautan. Simbol keberanian di tengah ujian alam.
Banjir mungkin datang setiap tahun, tapi dedikasi seperti ini tidak pernah menjadi rutinitas.
Ia adalah bukti bahwa di balik logo merah-biru Pertamina, ada manusia-manusia yang bekerja dengan hati.
Mereka menyalakan energi untuk kehidupan, menyalakan api untuk kemanusiaan.
Dan mungkin, di tengah riuh air dan mesin yang bergemuruh, ada pesan yang sederhana namun mendalam yaitu energi sejati bukan berasal dari bahan bakar melainkan dari semangat untuk terus memberi, bahkan saat dunia di sekelilingnya sedang tenggelam. ***
tag: berita, pertamina, AJP 2025
