BSya Jadi Bahasa Baru Di Perjalanan Milenial
SEMARANG (Jatengreport.com) - Di sebuah coffee shop modern di kawasan Simpang Lima, Semarang, seorang perempuan muda tampak asyik berbincang bersama rekan kerjanya.
Tangannya sesekali meraih ponsel, bukan untuk sekadar mengecek pesan, melainkan untuk melakukan pembayaran digital.
Senyumnya tersungging setiap kali layar itu menampilkan notifikasi transaksi berhasil.
Jessica sapaan akrabnya, remaja berusia 25 tahun yang sehari-harinya bekerja sebagai karyawan swasta di salah satu perusahaan di Semarang.
Sambil menyeruput kopi latte, ia menyelesaikan pembayaran pesanan teman-temannya dengan tenang, tanpa perlu membuka dompet atau menghitung uang tunai.
“Sekarang kan lebih gampang. Tinggal scan QRIS, selesai. Nggak ribet bawa uang tunai, apalagi kalau jumlahnya pas-pasan,” ujarnya sembari menunjukkan layar aplikasi mobile banking BSya milik BCA Syariah, Sabtu (27/9).
Dari Orang Tua, Hidupkan Kepercayaan Baru
Kebiasaan Jessica dalam mengandalkan produk perbankan sebenarnya bukan hal baru. Orang tuanya sejak lama sudah akrab menggunakan layanan perbankan untuk mengatur keuangan keluarga.
Sejak kecil, ia terbiasa melihat bagaimana ibunya menabung, membayar listrik, hingga mencatat pengeluaran rumah tangga lewat bank.
“Orang tua itu guru pertama saya dalam soal keuangan. Dari mereka, saya belajar bahwa uang bukan cuma soal habis dipakai, tapi juga harus dikelola dengan bijak,” kenangnya.
Namun, berbeda dengan generasi orang tuanya yang masih sering datang ke kantor cabang atau ATM, Jessica memilih jalur digital.
Ia mengadopsi layanan mobile banking sejak awal bekerja. Baginya, teknologi keuangan bukan sekadar pilihan, melainkan kebutuhan yang sejalan dengan gaya hidupnya yang dinamis.
Gaya Hidup Tanpa Tunai
Rutinitas yang padat, pagi hingga sore ia bekerja di kantor, malam harinya sering dihabiskan untuk nongkrong atau bertemu rekan kerja.
Di akhir pekan, ia lebih suka jalan-jalan ke mal atau mengunjungi kafe baru di Semarang. Aktivitas itu membuatnya jarang membawa dompet berisi uang tunai.
“Kalau ketinggalan dompet, ya sudah, nggak masalah. Yang penting HP jangan sampai ketinggalan. Semua bisa aku lakukan lewat BSya,” katanya sambil tertawa.
Jessica melakukan pembayaran digital melalui aplikasi mobile banking BSya milik BCA Syariah.
Uniknya, bagi Jessica, nongkrong di coffee shop bukan sekadar ajang menghabiskan waktu atau sekadar bergosip.
Ia memandang setiap pertemuan dengan orang lain sebagai ruang belajar.
“Buat saya, nongkrong itu investasi sosial. Dari ngobrol dengan teman-teman, saya bisa tahu tren baru, ide bisnis, bahkan cara mengelola uang. Hal-hal yang nggak pernah saya dapatkan di bangku kuliah,” ungkapnya.
Dalam banyak kesempatan, Jessica bahkan menjadi “bendahara dadakan” saat berkumpul dengan teman.
Ia yang mengatur pembayaran, membagi tagihan, hingga memastikan semuanya beres.
“Enaknya, semua bisa dilakukan cashless. Jadi lebih transparan dan gampang,” tambahnya.
Jessica tidak hanya mencari kepraktisan, tetapi juga prinsip. Baginya, memilih bank syariah bukan sekadar soal tren.
Ia ingin memastikan bahwa setiap transaksi keuangannya sesuai dengan prinsip keadilan dan keberlanjutan.
“BCA Syariah itu bikin saya tenang. Selain praktis, saya juga merasa lebih nyaman karena sesuai prinsip syariah. Jadi, bukan cuma gaya hidup, tapi juga keyakinan,” ujarnya.
Kombinasi antara kepercayaan pada prinsip syariah dan kemudahan digital inilah yang membuat Jessica semakin loyal menggunakan BSya.
Tidak hanya itu, aplikasi BSya biasa ia lakukan juga untuk membayar belanjaan secara langsung melalui QRIS, Membeli token listrik untuk rumah, Mengisi saldo e-wallet untuk transportasi online, hingga mengirim uang kepada orang tuanya.
Semua dilakukan hanya dengan beberapa kali sentuhan di layar ponsel.
Fenomena seperti ini sejatinya bukan milik Jessica seorang. Survei dari FORTUNE Indonesia menunjukkan, 38 persen pembukaan rekening baru kini dilakukan secara online, sebagian besar oleh generasi muda.
Artinya, anak-anak muda seperti Jessica sudah terbiasa mempercayakan keuangan mereka pada sistem digital.
Data Bank Indonesia menunjukkan bahwa transaksi digital banking di Indonesia mencapai Rp 58.500 triliun sepanjang 2024, naik hampir 12 persen dari tahun sebelumnya.
Lonjakan ini dipicu oleh semakin masifnya penggunaan mobile banking dan e-wallet di kalangan masyarakat, terutama generasi muda.
BSya, Wajah Baru Perbankan Syariah
Aplikasi mobile banking BSya milik BCA Syariah resmi diperkenalkan sejak Agustus 2024.
Kehadirannya langsung mencuri perhatian, terutama di kalangan generasi muda yang haus akan kemudahan transaksi digital.
Vice President Cash Management BCA Syariah, Nadia Amalia menjelaskan bahwa BSya hadir bukan sekadar mengikuti tren, tetapi menjadi jawaban atas kebutuhan masyarakat yang semakin mobile.
“Dengan adanya BSya, kami melihat pertumbuhan nasabah baru naik sekitar 13 persen (year-on-year). Sebagian besar memang datang dari generasi muda yang menginginkan layanan perbankan syariah yang praktis dan modern,” ungkap Nadia, di Jakarta, baru-baru ini.
Layanan ini memungkinkan pengguna untuk membuka rekening, mengecek saldo, melakukan transfer, hingga membayar berbagai kebutuhan sehari-hari tanpa harus mendatangi kantor cabang. Semua bisa dilakukan dari genggaman.
Jessica adalah gambaran nyata generasi muda yang aktif, sosial, digital, dan percaya pada sistem perbankan yang memberi kemudahan.
Kehadiran aplikasi BSya membuatnya merasa lebih bebas menjalani aktivitas tanpa khawatir ribet soal keuangan.
Digitalisasi layanan bukan lagi soal opsi, melainkan kebutuhan. Mereka yang gagal mengikuti tren ini akan tertinggal. (***)
tag: berita