Rupiah Melemah, Investor Mulai Khawatir

images

Ekonomi

Tim Jateng Report

29 Okt 2024


JAKARTA (Jatengreport.com) - Kurs rupiah mengalami penurunan sejak pekan lalu. Pada awal pekan ini, rupiah ditutup pada posisi 15.724 per dollar AS, turun 77 poin atau 0,50 persen dari akhir pekan sebelumnya yang berada di 15.647 per dollar AS.

Dian Anita Nuswantara, pengamat ekonomi dari Universitas Negeri Surabaya, menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan arus modal keluar dari Indonesia. Perbedaan suku bunga di dalam dan luar negeri, inflasi, serta ketidakstabilan politik berpengaruh besar terhadap kepercayaan investor.

"Untuk mencegah pelarian modal, suku bunga di dalam negeri perlu disesuaikan dengan kondisi luar negeri dan fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Inflasi yang tinggi juga bisa membuat investor menarik dananya," kata Dian. Dia menambahkan bahwa untuk mengatasi masalah ini, suku bunga perlu dinaikkan, tetapi tidak boleh terlalu tinggi agar tidak mengurangi konsumsi masyarakat.

Esther Sri Astuti, Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef), mengusulkan agar pemerintah meningkatkan cadangan devisa untuk menstabilkan nilai tukar rupiah. Dia juga menyarankan mengurangi ketergantungan pada dollar AS dengan mengurangi impor dan utang dalam dollar.

"Walaupun sulit, kita perlu bergerak ke arah itu. Memperkuat perekonomian dengan meningkatkan produktivitas juga sangat penting," ujar Esther.

Di sisi lain, Badiul Hadi dari Seknas Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Fitra) menyarankan Bank Indonesia untuk mempertimbangkan menaikkan suku bunga. Suku bunga yang kompetitif bisa menarik investor dan mengurangi arus modal keluar. Selain itu, pemerintah dapat melakukan intervensi pasar valas dengan menjual cadangan devisa untuk menjaga stabilitas nilai tukar.

"Untuk jangka panjang, pemerintah dan Bank Indonesia perlu merumuskan kebijakan investasi yang mendukung investasi domestik, seperti insentif pajak untuk industri strategis," ungkap Badiul. Dengan meningkatkan investasi domestik, perekonomian dapat lebih kuat jika terjadi pelarian modal.

Sementara itu, Ibrahim Assuaibi, pengamat pasar uang, menambahkan bahwa penguatan dollar AS saat ini juga dipicu oleh ketidakpastian politik menjelang pemilihan Presiden 2024 di AS dan situasi politik di Jepang.

"Pasar akan fokus pada data ekonomi penting yang akan dirilis dalam beberapa hari mendatang, termasuk produk domestik bruto AS dan zona Euro, serta data inflasi dari Federal Reserve," kata Ibrahim.

Dengan langkah-langkah yang tepat, diharapkan stabilitas nilai tukar rupiah dapat terjaga meskipun ada tantangan yang dihadapi.

tag: berita



BERITA TERKAIT