Puluhan Bikhhu Thudong Tiba di Kota Semarang,

images

Jateng

Tim Jateng Report

28 Mei 2023


SEMARANG (Jatengreport.com) - Puluhan Bikhhu Thudong atau Bikhhu Hutan telah tiba di Kota Semarang pada Minggu (28/5/2023) siang, para Bikhhu langsung disambut oleh masyarakat umat Buddhis maupun non-Buhddhis. Kedatangan puluhan Bikhhu ini mendapat respon dan antusiasme luar bisa dari masyarakat kota Semarang.

Dikutip dari akun Instagram Arkeolog Kota Semarang, Tri Subekso mengatakan, Kerajaan Mataram Kuno bukan hanya kerajaan agraris, namun juga kerjaan maritim.

Dirinya melihat dari bukti arkeologisnya dari panel Borobudur yang berupa relief kapal layar bercadik dan data sebaran arkeologis klasik yang  membentang dari Pantai Utara Jawa (Batang, Kendal, Semarang) menuju kearah selatan dengan melewati rute Lembah Gunung Ungaran (Ungaran, Bergas, Ambarawa, Bawen), Boyolali, hingga kawasan Magelang.

Rute lainnya, kemungkinan bisa ditarik dari Batang atau Kendal Melewati Dieng dan Kedu. Bisa jadi,  ketika Borobudur pernah difungsikan sebagai pusat peziarahan umat Buddist yang tidak hanya berasal dari Jawa. Pastilah,  sebuah rute kuno yang membentang dari Pantai Utara Jawa (Bergota - Simongan) menuju Candi Borobudur.

Setelah 1.200 tahun sejak masa berdirinya Candi Borobudur, perjalanan ziarah ritual Thudong yang dilakukan berjalan kaki dari negri siam menuju Candi Borobudur oleh 32 bhante Budist ini telah menjadi peristiwa untuk mengingatkan lagi keberadaan jalur kuno yang menghubungkan wilayah pesisir Jawa dengan mahakarya Borobudur, sebuah jalur yang menyatukan berbagai bangsa - bangsa di Dunia.

Seorang Bikhhu dari Indonesia, yakni Bhante Wawan mengakui warga Kota Semarang adalah masyarakat yang paling antusias dalam menyambut kedatangan Bikhhu Thudong ini. Menurutnya, umat non-Buddhis di Kota Semarang juga sangat menyambut dengan ramah bahkan menunggu kedatangan para Bikhhu Thudong.

“Antusias yang sangat luar biasa tapi kalau di Semarang sangat sangat sangat luar biasa sekali. Tidak hanya umat Buddhis, tapi semua umat. Bagi saya inilah wajah-wajah Indonesia, murah senyum, ramah tamah, welcome dan tidak memandang ras,” ujarnya saat ditemui awak media di Vihara Adi Dharma.

Dirinya berharap, toleransi seperti ini agar bisa terus ditanamkan dalam kehidupan masyarakat. Ia mengakui perjalanan di Indonesia mendapat respon positif dari teman Bhikhhu lainnya yang berada di luar negeri.

“Sempat teman Buddhis di Jepang dia bertanya, ini di Indonesia coba kirim gambarnya. Setelah saya kirim dicek takutnya hoax, terus ditanya apakah yang ngawal itu umat non-Buddhis alias umat islam saya bilang iya yang ngawal dari Batam sampai sekarang umat non budhis. Terus yang beri makan minuman umat non-Buddhis, saya jawab iya terus saya tanya kenapa, dia jawab kalau tahun depan ada Thudong lagi di Indonesia saya akan ikut semuanya ,” paparnya.

“Jadi mereka akan ke Indonesia karena di mata mereka Indoensia yang diviralkan dulu itu kekerasannya (intoleran) tapi sekarang setelah adanya toleransi ini saya yakin akan pasti ke Indonesia,” lanjutnya.

Disisi lain, Bhante Wawan mengakui tantangan dalam perjalanannya menuju ke Borobudhur untuk melakukan Ibadah Waisak adalah iklim. Akan tetapi, untuk iklim di Indonesia masih dianggap wajar dibanding negara lain seperti Thailand dan Malaysia.

“Iklim panas sekali, kemarin sempat 43 derajat. Jadi pada waktu di Thailand dan Malaysia kita istirahat tidak boleh melakukan perjalanan sampai jam 1. Iklim extrem Thailand dan Malaysia, kalau masuk di Indonesia iklimnya sudah biasa 34 derajat,” imbuhnya.

tag: Bikhhu Thudong Tiba di Kota Semarang



BERITA TERKAIT