Wisata Klenteng Sam Poo Kong Saksi Sejarah Perkembangan Islam Jawa

images

Pariwisata

Tim Jateng Report

19 Sep 2022


SEMARANG (Jatengreport.com) – Klenteng Sam Poo Kong merupakan tempat bersejarah dengan keindahan bangunan berseni kerajaan China. Luasnya sekitar 3,5 hektare. Klenteng yang sekarang menjadi salah satu destinasi wisata favorit di Kota Semarang itu memiliki sejarah perkembangan Islam yang disebarkan Laksamana Zheng He atau Cheng Ho.

Klenteng Sam Poo Kong terletak di Jalan Simongan Raya No.129, Kelurahan Bongsari, Semarang Barat. Sampai saat ini, selain untuk tempat ibadah, Klenteng Sam Poo Kong juga bisa dikunjungi wisatawan untuk melihat akulturasi budaya China dengan adat Jawa yang menghiasi ciri bangunannya. Sam Poo Kong menjadi saksi bisu perjalanan Laksamana Cheng Ho ketika pertama kali menginjakkan kaki di Pulau Jawa.

Klenteng Sam Poo Kong atau yang dikenal juga sebagai Klenteng Gedung Batu, adalah kelenteng Cina tertua di Semarang. Bangunan ini meliputi area seluas 1.020 meter persegi dan dipengaruhi oleh gaya arsitektur Cina dan Jawa abad ke-14. Klenteng ini dicat dengan warna merah yang megah dan dimahkotai dengan atap pagoda berlapis tiga, khas budaya Asia Timur.

Pondasi klenteng pertama kali dibangun oleh Laksamana Cheng Ho, seorang penjelajah Muslim dari Cina Daratan. Setelah beberapa waktu, Cheng Ho meninggalkan Jawa, tetapi banyak krunya memutuskan untuk tetap tinggal dan menetap di daerah itu. Mereka pun banyak yang menikah dengan penduduk setempat.

Pada 1704, kuil dan goa yang asli runtuh karena tanah longsor. Masyarakat setempat membangunnya kembali 20 tahun kemudian di lokasi yang berbeda tetapi masih di sekitar lokasi semula.

Sejarah Klenteng

Laksamana Zheng He (Cheng Ho) terlahir dengan nama Ma San Bao. Itulah mengapa klenteng/tempat petilasan untuk Zheng He menggunakan nama Sam Poo Kong. Dalam dialek Hokkian, Sam Poo Kong atau San Bao Dong (Mandarin) artinya adalah gua San Bao.

Asal muasal Klenteng Agung Sam Poo Kong adalah ketika armada Zheng He merapat di pantai Simongan, Semarang karena juru mudinya, Wang Jing Hong sakit keras. Sebuah goa batu dijadikan tempat beristirahat Zheng He dan mengobati Wang Jing Hong.

Ketika untuk sementara juru mudinya menyembuhkan diri, Zheng He melanjutkan pelayaran ke Timur untuk menuntaskan misi perdamaian dan perdagangan keramik serta rempah-rempah.

Selama di Simongan, Wang memimpin anak buahnya menggarap lahan, membangun rumah dan bergaul dengan penduduk setempat. Lingkungan sekitar goa jadi berkembang dan makmur karena aktivitas dagang maupun pertanian.

Demi menghormati pimpinannya, Wang mendirikan patung Zheng He di goa batu tersebut untuk dihormati dan dikenang masyarakat sekitar. Inilah asal muasal dibangunnya Klenteng Sam Poo Kong di Semarang.

TEDUH. Suasana teduh memenuhi suasana kompleks wisata Sam Poo Kong. Banyak pepohonan tumbuh di antara bangunan-bangunan kuno yang ada   

TEDUH. Suasana teduh memenuhi suasana kompleks wisata Sam Poo Kong. Banyak pepohonan tumbuh di antara bangunan-bangunan kuno yang ada

Goa Buatan

Wang meninggal pada usia 87 tahun dan dimakamkan di sekitar tempat itu. Sejak itu masyarakat menyebutnya sebagai Makam Kyai Juru Mudi. Ketika goa batu runtuh akibat longsor, masyarakat membangun goa buatan yang letaknya bersebelahan dengan Makam Kyai Juru Mudi.

Dalam perjalanannya, Klenteng Agung Sam Poo Kong sudah beberapa kali menjalani pemugaran. Selain karena situasi politik yang tidak menentu pasca-kemerdekaan, banjir merupakan masalah utama yang dihadapi Klenteng Agung Sam Poo Kong.

Revitalisasi besar-besaran dilakukan oleh Yayasan Sam Poo Kong pada Januari 2002. Pemugaran selesai pada Agustus 2005, bersamaan dengan perayaan 600 tahun kedatangan Laksamana Zheng He di pulau Jawa.

Peresmian dihadiri oleh Menteri Perdagangan Indonesia, Mari Elka Pangestu yang datang ke Klenteng Agung Sam Poo Kong dan Gubernur Jawa Tengah (waktu itu) H. Mardiyanto.

Bangunan dan Harga Tiket

Pengelola terus melakukan pembenahan area Klenteng Sam Poo Kong sebagai tempat wisata. Maka jika ada pengunjung yang masuk akan menjumpai beberapa banguna dengan ciri yang hampir sama dan berwarna dominan merah.

Bangunan-bangunan atau gedung itu antara lain: Tempat Pemujaan Dewa Bumi; Makam Kyai Juru Mudi; Tempat Pemujaan Sam Poo Kong/Sam Poo Tay Djien; Makam Kyai Jangkar atau Tempat Pemujaan Kong Hu Cu & Rumah Arwah Hoo Ping; dan Tempat Nyai Cundrik Bumi.

Tempat atau bangunan tersebut sering dipakai para pengunjung sebagai spot berswafoto atau selfie.

Wisatawan yang ingin melihat keindahan klenteng ini akan dikenakan biaya tiket yang cukup murah. Tiket dibedakan berdasarkan usia pengunjung.

Misalnya untuk tiket masuk umum anak pada hari biasa Rp 5.000 dan akhir pekan Rp 10.000. Tiket masuk umum dewasa untuk hari biasa Rp 10.000 dan akhir pekan Rp 15.000. Tiket terusan anak pada hari biasa Rp 15.000 dan akhir pekan juga Rp 15.000, sedang tiket terusan dewasa pada hari biasa Rp 30.000 dan akhir pekan Rp 35.000. (Red)

tag: budaya , jateng



BERITA TERKAIT