VinFast Tenangkan Langit, Ekonomi Ikut Melejit
Nasional
Bintang
07 Nov 2025
Oleh: Bintang Diega Pratama
Semarang, kota pelabuhan yang sekaligus menjadi pusat pemerintahan Jawa Tengah, bergerak tanpa henti.
Jalan-jalan utamanya dipenuhi ragam kendaraan dari angkutan umum, sepeda motor, hingga mobil pribadi yang mendominasi keseharian masyarakat.
Di balik hiruk pikuk itu, sebuah perdebatan panjang menghadirkan babak baru kendaraan listrik (EV) vs mobil berbahan bakar minyak (BBM).
Bagi sebagian warga, mobil BBM tetap dianggap lebih ekonomis dan praktis. Namun di sisi lain, muncul pandangan bahwa mobil listrik justru lebih hemat dan berkelanjutan untuk kehidupan kota.
Minim polusi, biaya operasional irit, hingga perawatan yang sederhana menjadi alasan kuat. Pergulatan persepsi itu terus bergulir, membawa cerita menarik dari para penggunanya.
Salah satu kisah datang dari sudut Kota Semarang, dari seorang pria bernama Sugandi (31), seorang karyawan swasta dan ayah satu anak.
Ia adalah pemilik VinFast VF3, kendaraan listrik mungil yang sedang ramai diperbincangkan.
Mobil Listrik Bukan Hanya untuk Kaum Elite
Sugandi mengakui, ia sempat memandang mobil listrik sebagai barang mewah, hanya dapat dimiliki kalangan ekonomi atas. Namun pandangannya berubah ketika mengenal VinFast VF3.
“Awalnya saya berpikir mobil listrik itu untuk orang kaya. Tapi ternyata tidak. VinFast justru menawarkan harga terjangkau dengan fitur lengkap,” ujarnya saat ditemui, Kamis (6/11).
Usia mobilnya masih seumur jagung. Namun cinta pertamanya pada kendaraan listrik itu datang karena dua alasan sederhana: hemat dan ramah lingkungan.
'Kendaraan adalah pintu rezeki' selogan yg cocok mengambarkan Sugandi.
Bagi Sugandi, mobil bukan sekadar alat transportasi, melainkan mitra kerja. Sehari-hari, ia berkeliling menawarkan produk perusahaan tempatnya bekerja. Mobilitas menjadi kunci, dan EFESIENSI adalah syarat utama.
Di sinilah VinFast VF3 menunjukkan kelasnya. Dengan biaya pengisian listrik yang jauh lebih rendah dibandingkan bahan bakar minyak, pengeluarannya bisa ditekan signifikan.
Belum lagi keunggulan desain, membuatnya tampil nyentrik saat bertemu klien.
“Bentuknya unik. Banyak klien langsung tertarik karena modelnya beda. Jadi selain hemat, bisa bantu tarik atensi,” celetuknya sambil tertawa.
Kesadaran terhadap lingkungan berkembang seiring visi Pemerintah Kota Semarang. Wali Kota Semarang, Agustina Wiludjeng, menegaskan dukungan penuh terhadap penggunaan kendaraan listrik, mulai dari uji operasional bus listrik Trans Semarang hingga pengadaan kendaraan dinas berbasis baterai.
“Ini langkah maju yang konkret. Pemerintah Kota Semarang berkomitmen menurunkan emisi dengan teknologi ramah lingkungan, termasuk operasional bus listrik,” ujarnya, belum lama ini.
Semarang telah berkembang sebagai salah satu kota yang serius mengejar transportasi berkelanjutan.
Transisi ini bukan sekadar tren global, melainkan kebutuhan mendesak. Data kualitas udara yang terus jadi sorotan, serta tingkat kepadatan kendaraan yang meningkat setiap tahun, mendorong pentingnya inovasi berkelanjutan.
Mengapa VinFast Bisa Diterima?
Masuk ke Indonesia sejak 2024, VinFast bergerak cepat. Mereka merakit dua model EV lokal—VF e34 dan VF 5—membangun pabrik di Karawang, dan memperluas jaringan dealer ke 20 kota.
Kolaborasi dengan Xanh SM dan V-GREEN membentuk ekosistem kendaraan listrik yang solid.
“VF3 bukan sekadar mobil listrik. Ini bagian dari ekosistem hijau yang berkelanjutan. Kami memastikan layanan purna jual tetap tersedia dan mudah diakses,” ungkap Pham Sanh Chau, CEO VinFast Asia, baru-baru ini.
Salah satu momok terbesar calon pemilik mobil listrik adalah baterai. Rusak? Mahal? Rumit? VinFast menawarkan solusi jangka panjang: garansi baterai dan opsi subscription (berlangganan).
Pemilik hanya perlu membayar biaya bulanan, sementara penggantian dan perawatan ditanggung VinFast. Teknologi menjadi lebih dekat, lebih membumi.
“Prinsipnya sederhana biaya kepemilikan tetap ringan dan terprediksi,” imbuh Pham.
Membandingkan Pengalaman: Hemat Tanpa Banyak Drama
Sugandi merasakan langsung manfaat VinFast VF3. Ia menilai, penggunaan listrik sehari-hari bahkan untuk mobilitas tinggi sebagai marketing tetap terjangkau.
Pengisian baterai sederhana, fitur memadai, tanpa hambatan berarti.
“Kalau dulu pakai BBM, sehari bisa keluar banyak uang. Sekarang jauh lebih hemat,” tuturnya.
Dengan biaya operasional yang menurun, ia mampu mengalokasikan pendapatan untuk kebutuhan lain. Efisiensi bukan hanya slogan, melainkan nyata dalam keseharian.
Data Pangsa EV Melonjak
Tren nasional menunjukkan peningkatan signifikan penjualan kendaraan listrik di Indonesia. Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat, penjualan EV pada 2021 hanya 0,5 persen. Namun pada 2025, angka itu melonjak hingga lebih dari 10 persen.
Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi, dan Alat Pertahanan (ILMATAP) Kemenperin, Mahardi Tunggul Wicaksono, mengungkapkan, peningkatan ini didorong insentif dan kebijakan percepatan pengembangan ekosistem EV.
Dari data wholesales Gaikindo, Januari hingg Agustus 2025, penjualan EV menembus 50.831 unit. Dengan total penjualan kendaraan nasional sebanyak 500.951 unit, pangsa EV menyentuh 10,14 persen menandai percepatan yang tak bisa diabaikan.
Menuju Kota Bernapas Lega
Apa yang dilakukan Kota Semarang melalui kebijakan ramah lingkungan serta langkah personal seperti dilakukan Sugandi menjadi bukti bahwa perubahan tidak hanya dimulai dari pemerintah, tapi juga warga.
VinFast VF3 hanyalah satu dari banyak pilihan, namun kehadirannya menawarkan gagasan baru bahwa mobilitas berkelanjutan bisa terjangkau dan realistis.
Di tengah perdebatan mobil listrik vs BBM, kehidupan terus berjalan. Namun kisah Sugandi menunjukkan bahwa perubahan bukan soal besar atau kecilnya langkah, melainkan tekad untuk membuat perbedaan.
Semarang terus bergerak menuju masa depan yang lebih hijau. Dan di setiap sudut kotanya, barangkali ada cerita-cerita kecil yang bermakna seperti Sugandi yang berkeliling kota, menebar rezeki, dan tanpa sadar, membantu paru-paru kota tetap lega.
Pada akhirnya, perubahan besar selalu dimulai dari keberanian sederhana. Saat Sugandi memutuskan memilih VinFast VF3, ia bukan hanya membeli mobil, melainkan ia memilih masa depan yang lebih bersih, lebih hemat, dan lebih manusiawi. ***
tag: berita, mobil listrik, Vinfast, EV