Ditemani ACC, Karyawan Swasta Tidak Lagi Ragu Punya Mimpi

images

FOTO ISTIMEWA : Lia sedang mengakses layanan digital ACC di dalam mobil impiannya, proses pembiayaan kendaraan kini semakin mudah, cepat, dan praktis.

Nasional

Bintang

25 Jul 2025


SEMARANG (Jatengreport.com) – Suara rintik hujan yang turun di Kota Semarang siang itu mengingatkan Lia (28) pada masa lalu yang tidak pernah bisa ia lupakan.

Kenangan tentang dirinya tujuh tahun silam, basah kuyup di bawah derasnya hujan saat berangkat kuliah menggunakan motor pemberian orang tuanya.

Baju kuliahnya yang lembap dan tas penuh buku yang basah kuyup, selalu ia sembunyikan dengan senyuman di depan teman-temannya.

“Saat itu saya sering bilang ke diri sendiri, suatu hari nanti saya harus punya mobil,” ucap Lia dengan suara lirih, Jumat (25/7).

Namun bagi Lia, seorang perempuan sederhana asal Kendal, memiliki mobil bukan hanya sekadar pelengkap gaya hidup.

Bukan pula sekadar gengsi untuk terlihat mentereng di hadapan teman-temannya. Mobil adalah soal kebutuhan, sebuah bentuk kemandirian dan kenyamanan untuk dirinya dan keluarga kecilnya.

“Mobil itu buat saya penting. Saya ingin bisa pulang kampung ke Salatiga bersama ayah dan ibu dengan nyaman, tanpa kepanasan atau kehujanan,” lanjutnya.

Mimpi itu, sayangnya, terasa seperti sebuah kemustahilan di tahun-tahun awal ia merantau di Semarang.

Lia hanyalah mahasiswi dengan kondisi ekonomi keluarga yang pas-pasan. Bahkan untuk sekadar membayar uang kuliah dan biaya kos, ia sering harus mencari tambahan penghasilan dengan berbagai cara.

Awal yang Penuh Rintangan

Sejak masuk kuliah pada 2016, Lia menyadari bahwa situasi keuangan keluarganya tidak sedang baik-baik saja.

Usaha kecil ayahnya di kampung sedang menurun, sementara ibunya hanyalah seorang ibu rumah tangga yang sesekali membantu tetangga membuat kue.

“Saat itu, bukan mobil yang saya pikirkan, tapi bagaimana saya bisa bertahan di perantauan dan lulus kuliah tepat waktu,” kenangnya.

Untuk menyambung hidup, Lia rela melakukan apa saja. Ia pernah bekerja sebagai pramusaji di sebuah kafe kecil dekat kampus, berjualan aksesoris secara online, hingga menjadi pekerja lepas di berbagai event yang digelar di Semarang.

Hampir setiap malam, ia pulang dengan tubuh yang lelah, namun ia tetap tersenyum karena tahu ia sedang berjuang untuk masa depan.

“Kadang saya pulang malam sekali, lalu harus bangun pagi untuk kuliah. Tapi saya tidak mau menyerah. Saya hanya ingin meringankan beban orang tua,” tutur Lia.

Di sela-sela kesibukan itu, keinginan untuk memiliki mobil tetap ia simpan dalam hati.

Mimpi itu sering ia bayangkan setiap kali melihat teman-temannya datang ke kampus dengan mobil yang nyaman.

Beberapa di antara mereka bahkan diberi fasilitas mobil baru oleh orang tua masing-masing.

“Bukan iri,tapi saya jadi punya motivasi. Saya ingin merasakan punya mobil sendiri, bukan pemberian orang lain, tapi hasil kerja keras saya,” kata Lia.

Langkah Awal Setelah Lulus

Lia akhirnya berhasil lulus kuliah dengan nilai memuaskan. Gelar sarjana di tangannya menjadi modal untuk mencari pekerjaan tetap.

Tak lama berselang, ia diterima bekerja di sebuah perusahaan swasta di Semarang.
Pengalaman bertahun-tahun bekerja sambilan membuat Lia terbiasa mengelola keuangan pribadinya.

Setiap menerima gaji, ia selalu menyisihkan sebagian untuk tabungan. Namun, perjalanan untuk mewujudkan mobil impian tetap tidak mudah.

“Di tahun pertama bekerja, saya bahkan tidak berani memikirkan mobil,” ucapnya.

Ia lebih fokus menata hidup, membayar kebutuhan sehari-hari, dan membantu orang tua di kampung.

Baru setelah tiga tahun bekerja, Lia kembali berani memikirkan mimpi itu. Dengan tabungan yang mulai terkumpul, ia mulai mencari informasi tentang mobil yang sesuai dengan kebutuhannya.

“Mobil yang penting buat saya bukan harus baru atau mewah. Yang penting fungsional dan sesuai dengan kemampuan finansial saya,” kata Lia.

Riset yang Panjang dan Penuh Pertimbangan

Lia memulai pencariannya dengan hati-hati. Ia rajin bertanya kepada rekan-rekan kerjanya yang sudah membeli mobil lebih dulu.

Ada yang membeli mobil baru, ada pula yang membeli mobil bekas. Lia mencoba mempelajari kelebihan dan kekurangan masing-masing pilihan.

“Kalau mobil baru, cicilannya lebih besar. Kalau mobil bekas, kita harus hati-hati memilih supaya tidak dapat yang bermasalah,” ujarnya.

Ia juga mulai mendatangi berbagai showroom mobil bekas di Semarang. Dari satu showroom ke showroom lain, ia melihat banyak pilihan.

Namun, ia tidak ingin terburu-buru. Lia paham, membeli mobil bukan hanya soal uang muka, tetapi juga cicilan bulanan yang harus ia jalani selama bertahun-tahun.

“Teman-teman kantor saya banyak yang sudah beli mobil. Mereka cerita tentang perusahaan pembiayaan yang mereka gunakan. Dari situ saya mulai cari tahu tentang perusahaan yang paling kompeten,” kata Lia.

Setelah menimbang berbagai pilihan, Lia akhirnya menjatuhkan hati kepada Astra Credit Companies (ACC).

“Nama ACC sudah sering saya dengar. Banyak yang bilang pelayanannya bagus dan prosesnya jelas. Itu penting buat saya,” ujar Lia.

ACC, Jawaban yang Lama Dinanti

Keputusan Lia untuk memilih ACC bukanlah tanpa alasan. Ia ingin memastikan bahwa pembiayaan mobilnya tidak memberatkan.

Sebagai karyawan swasta, Lia sangat sadar bahwa stabilitas finansial adalah kunci utama.

“Jangan sampai cicilan mobil bikin saya kesulitan membayar kebutuhan pokok,” katanya.

Setelah melakukan simulasi pembiayaan, Lia menemukan skema yang sesuai dengan kemampuannya, yaitu tenor empat tahun dengan cicilan sekitar Rp 2,6 juta an per bulan.

Mobil yang ia pilih adalah Mitsubishi Mirage GLX MT tahun 2015, ini mobil bekas yang menurutnya cukup handal dan sesuai kebutuhan.

“Bukan mobil baru, tapi sudah lebih dari cukup untuk saya,” ujarnya sambil tersenyum.

Proses pengajuan di ACC berjalan lancar. Lia merasa terbantu dengan sistem yang jelas dan dukungan dari petugas ACC yang membimbingnya.

Ketika pengajuan disetujui dan mobil itu resmi menjadi miliknya, Lia tak mampu menahan air mata.

“Rasanya campur aduk. Saya teringat semua perjuangan yang sudah saya lalui sejak kuliah. Akhirnya saya bisa mewujudkan mimpi ini,” katanya.

ACC Benar Hadir Sebagai Mitra

Bagi Lia, ACC bukan hanya tempat mengajukan kredit, tetapi mitra yang membimbingnya melalui proses yang sebelumnya terasa rumit.

“Saya bisa bilang ACC itu benar-benar mendampingi saya. Mereka memberi simulasi cicilan yang realistis, menjelaskan prosedur dengan sabar, dan memastikan semua sesuai kemampuan saya. Itu yang bikin saya merasa aman,” kata Lia.

Menurut data, ACC juga memiliki jaringan luas  ada 76 kantor cabang dan lebih dari 76.000 titik pembayaran di seluruh Indonesia.

Tidak hanya itu, transparan dan digitalisasi layanan yang juga sangat memudahkan nasabah.

“Saya bahkan bisa cek status cicilan lewat aplikasi ACC ONE. Jadi tidak perlu repot-repot ke kantor,” tambah Lia.

Masa Depan yang Lebih Terencana

Kini, Lia lebih percaya diri menjalani hari-harinya. Mobil yang ia cicil lewat ACC membuatnya lebih produktif dan mampu memberikan kebahagiaan sederhana bagi keluarganya.

Bagi Lia, Mitsubishi Mirage yang kini terparkir di halaman kontrakannya bukan sekadar kendaraan roda empat.

Mobil itu adalah simbol dari perjalanan panjang yang penuh keringat dan air mata.

“Setiap kali saya menyetir pulang ke Kendal atau mengajak orang tua jalan-jalan ke Salatiga, saya selalu teringat proses panjang ini,” ucap Lia dengan mata berbinar.

Mobil ini jadi pengingat bahwa kerja keras itu tidak akan pernah mengkhianati hasil.

Lia kini lebih leluasa dalam mobilitas sehari-hari. Ia tidak lagi khawatir jika harus bepergian jauh, mengajak orang tuanya berlibur, atau sekadar pergi ke kantor di tengah hujan.

ACC, Jembatan Bagi Banyak Impian

Cerita Lia hanyalah satu dari ribuan kisah nasabah ACC yang berhasil mewujudkan impian memiliki kendaraan.

ACC terus berkomitmen untuk menjadi mitra terpercaya bagi masyarakat Indonesia dalam pembiayaan mobil baru, bekas, maupun pembiayaan syariah.

Hal ini sejalan dengan pesan yang disampaikan oleh EVP Corporate Secretary & Corporate Counsel ACC, Bagus Dwiantho.

“Memiliki mobil impian tentu menyenangkan, namun harus dibarengi dengan perencanaan keuangan yang matang,” ujar Bagus dalam sebuah Gathering Media di Semarang, belum lama ini.

Menurutnya, calon nasabah harus benar-benar memahami kemampuan finansial sebelum mengajukan kredit kendaraan.

“Pastikan pengeluaran cicilan tidak mengganggu kebutuhan pokok atau arus kas bulanan. Dengan begitu, cicilan bisa berjalan lancar hingga lunas,” tambah Bagus.

Pesan itu menjadi pengingat bagi Lia dan siapa pun yang tengah merencanakan pembelian mobil.

Membeli kendaraan dengan skema kredit memang bisa menjadi solusi, tetapi hanya jika dilakukan dengan perhitungan yang tepat.

Ke depan, Lia ingin terus menabung untuk masa depan yang lebih baik. Ia bermimpi suatu hari bisa memiliki rumah sendiri.

“Mobil ini bukan akhir dari perjalanan saya. Ini baru langkah awal,” katanya mantap.

Bagi Lia, setiap perjalanan dengan Mitsubishi Mirage kesayangannya adalah pengingat bahwa mimpi, seberapapun mustahilnya terlihat, bisa terwujud jika disertai tekad dan kesabaran.
“Jangan takut bermimpi,” pesan Lia.****

tag: #ACC #Astra Credit Companies #Mobilbaru #Mobilbekas #KreditmobilACC



BERITA TERKAIT