Kenangan Yayasan Nostra Aetate atas Gayatri Wedotami: Lentera Moderasi di Tengah Arus Ekstremisme
SEMARANG (Jatengreport.com) - Indonesia kehilangan salah satu tokoh intelektual dan aktivis hak asasi manusia, Gayatri Muthari, pada usia 45 tahun akibat penyakit autoimun yang dideritanya bertahun-tahun.
Gayatri, yang dikenal luas sebagai penyair, filsuf, dan aktivis kebebasan beragama, meninggalkan warisan yang menginspirasi banyak generasi.
Dalam hidupnya, Gayatri aktif dalam mempromosikan dialog lintas agama dan kerukunan antarumat beragama di Indonesia. Dia merupakan sosok yang memegang peran penting sebagai mentor pertama Tarekat Daudiyah di tanah air.
Gayatri, putri dari penulis dan profesor Abdul Hadi, mengejar pendidikan tinggi di luar negeri dan menerima beasiswa dari Yayasan Nostra Aetate Vatikan untuk studi di Roma pada tahun 2011-2012.
Selama di sana, dia tidak hanya menimba ilmu di Universitas Gregorian dan Angelicum, tetapi juga aktif dalam komunitas internasional Katolik di Centro Laico dan Foyer Unitas.
"Kami memiliki kenangan yang sangat baik tentang Gayatri. Dia adalah sosok yang cerdas, berkomunikasi dengan baik, dan selalu bersemangat dalam kerja sama dengan yayasan," kata perwakilan Yayasan Nostra Aetate.
Selain sebagai penulis yang aktif di media sosial, Gayatri dikenal karena pemikirannya yang progresif dan kontradiktif, yang mendorong refleksi dan perubahan dalam masyarakat. Dia berjuang untuk nilai-nilai keadilan dan perdamaian di Indonesia.
"Semoga warisannya yang berharga akan terus menginspirasi banyak orang, khususnya generasi muda, untuk membangun masa depan yang lebih baik bagi bangsa ini," tambah perwakilan yayasan.
Pesan duka cita disampaikan kepada keluarga, kerabat, dan sahabat Gayatri dari Yayasan Nostra Aetate. Semoga almarhumah beristirahat dalam damai. Innalilahi wa innailaihi raji'un.
tag: berita