Bahlil Usulkan Impor Minyak dari AS Demi Redam Surplus Dagang
JAKARTA (Jatengreport.com) - Pemerintah Indonesia berencana menambah impor minyak mentah dan gas elpiji (LPG) dari Amerika Serikat senilai lebih dari US$10 miliar atau sekitar Rp168 triliun. Usulan ini disampaikan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia sebagai langkah strategis merespons kebijakan tarif balasan dari pemerintah AS terhadap produk ekspor Indonesia.
"Kami mengusulkan agar sebagian kebutuhan minyak dan LPG nasional dipenuhi dari Amerika Serikat," ujar Bahlil dalam pernyataannya di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Selasa (15/4).
Langkah ini, kata Bahlil, bertujuan menyeimbangkan neraca perdagangan Indonesia-AS yang selama ini dinilai terlalu surplus di pihak Indonesia. Hingga Februari 2025, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), surplus dagang RI-AS tercatat sebesar US$3,13 miliar. Sementara pada tahun 2024, angka surplus mencapai US$16,84 miliar.
Pemerintah AS, terutama di bawah Presiden Donald Trump, disebut telah menyampaikan kekhawatiran atas ketidakseimbangan tersebut dan menyiapkan tarif balasan sebesar 32 persen untuk produk ekspor Indonesia. Penerapan tarif tersebut kini masih ditunda selama 90 hari.
“Jika usulan ini direalisasikan, neraca dagang kedua negara akan menjadi lebih seimbang dan mengurangi tekanan dari pihak AS,” jelas Bahlil.
Meski demikian, ia menegaskan bahwa peningkatan impor dari AS akan dibarengi dengan pengurangan impor dari negara lain. “Bukan dihentikan sepenuhnya, hanya dikurangi volumenya,” katanya.
Saat ini, Indonesia mengimpor minyak dari sejumlah negara seperti Singapura, Timur Tengah, Afrika, dan Amerika Latin. Sementara kontribusi impor dari AS masih relatif kecil, yakni sekitar 4 persen dari total impor nasional.
tag: berita