66 Vikaris GPIB Jalani Pendidikan Bela Negara

images

Nasional

Tim Jateng Report

08 Nov 2022


KAB. MALANG (Jatengreport.com) - Sebanyak 66 calon pendeta (vikaris) Gereja Protestan di Indonesia Bagian Barat (GPIB) telah menjalani pelatihan Bela Negara di Resimen Induk Daerah Militer (RINDAM) V Brawijaya di Lawang, Kab. Malang, Jawa Timur, selama 7 hari.

Para vikaris tersebut dibekali dengan pemahaman Pancasila dan perdamaian. Sebagai calon pemuka Agama, mereka dituntut untuk terus menyuarakan perdamaian sesuai dengan Pancasila dan amanat Undang-Undang Dasar 1945.

Tenaga Profesional (Taprof) Bidang Ideologi dan Sosial Budaya AM Putut Prabantoro hadir mewakili Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia (Lemhanas RI) untuk berbicara dihadapan para vikaris GPIB yang menjalani pelatihan Bela Negara.

Putut mengatakan sudah saatnya kaum muda Indonesia menyuarakan perdamaian secara bersama-sama, karena hal itu merupakan amanat UUD 1945.

"Kaum muda harus bekerja-sama dengan siapa saja untuk menghadirkan perdamaian tersebut di dunia nyata, serta menyerukan agar perang antara Ukraina dan Rusia berakhir. Seruan perdamaian itu harus dilakukan terus menerus tanpa kenal lelah oleh para pemuka Agama," seru Putut.

Ia juga sempat menyebut penghargaan perdamaian Internasional Imam Hasan Bin Ali tahun 2022 yang diterima presiden Joko Widodo dari Sekretaris Jenderal Forum Perdamaian Abu Dhabi.

 

Putut menjelaskan lebih lanjut bahwa pemuka Agama tidak melulu mengenai perdamaian. Menurutnya para pemuka Agama harus juga mencerdaskan sekaligus mensejahterakan jemaatnya.

Namun demikian, Putut juga mengingatkan, sebelum mencerdaskan umat, kita harus mencerdaskan diri terlebih dahulu karena dunia ini penuh dinamika tantangan. Para pemuka Agama akan dihadapkan pada ancaman yang terlihat maupung yang tidak terlihat.

“Kalian harus siap menghadapi dunia yang penuh dinamika tantangan. Sebagai pemuka agama, kelak kalian dihadapkan pada begitu banyak ancaman yang terlihat dan tidak terlihat. Ancaman bukan hanya soal senjata tetapi juga soal media sosial yang menyebarkan hoax. Hoax dengan sengaja disebarkan dan bertujuan untuk menghancurkan persatuan Indonesia,” ujar Putut.

“Oleh karena itu, sebagai calon pemimpin, sebelum mencerdaskan umat, harus mencerdaskan diri terlebih dulu, membekali diri secara bijak, mengetahui kondisi jemaat dan masyarakat sosial. Selain cerdas dan bijak, para pemuka agama harus cerdik dalam menyiasati begitu banyak ancaman dan tantangan yang sangat nyata,” imbuhnya.

Putut menegaskan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan UUD 1945 adalah anugerah dari Tuhan kepada bangsa indonesia. Keberagaman harus dijadikan kekuatan, bukan sebaliknya menjadi kelemahan. Persatuan Indonesia yang merupakan titik pusat harus dijaga dan dipelihara karena merupakan inti dari kekuatan Pancasila.

Sementara itu, Ketua Pembekalan Vikaris dan Mentor GPIB Pendeta Dina Meijer - Hallatu mengatakan upaya menghadirkan perdamaian di dunia merupakan tugas yang dipercayakan Tuhan kepada umat-Nya.

"Perang dalam bentuk apapun, dari dulu hingga kini telah berdampak bagi kemanusiaan dan alam semesta. Yang berperang dua pihak, tetapi yang menjadi korban adalah dunia. Kondisi tersebut bermuara pada satu tugas panggilan bersama yaitu mengupayakan perdamaian sekecil atau sesederhana apapun bentuknya," kata pendeta Dina. (nald)

tag: gpib , lemhanas ri , bela negara



BERITA TERKAIT