Asing di Telinga, Ini Sederet Kopi dari Kotoran Hewan yang Ramai di Pasaran

images

Lifestyle

Tim Jateng Report

26 Jan 2024


JAKARTA (Jatengreport.com) - Ada banyak metode yang dilakukan guna mendapatkan biji kopi dengan kualitas terbaik. Salah satunya mengandalkan pencernaan hewan untuk memilah biji kopi sebelum disangrai dan dihaluskan.

Menurut penelitian ilmiah, kopi yang melalui proses pencernaan hewan akan mengalami fermentasi alami. Hal tersebut karena biji kopi akan terpapar air liur hingga ciaran pada proses pencernaan hewan.

Dilansir dari Home Grounds, Rabu (24/1/24), berikut sederet kopi yang berasal dari kotoran hewan, antara lain:

1. Kopi Luwak

Metode memilah kopi melalui saluran pencernaan luwak pertama kali ditemukan praktiknya di Indonesia. Secara perlahan praktik ini kemudian menyebar dan diterapkan sampai ke Filipina hingga Timor Timur.

Harga kopi luwak dibanderol cukup mahal, per 1 pound atau 450 gram biji kopi ini dipatok Rp 1,5 juta - Rp 9,3 juta. Sayangnya sebanyak 80% kopi luwak yang kini tersebar merupakan kopi luwak palsu yang hanya mengaku-ngaku.

Kopi yang keluar bersamaan dengan kotoran luwak biasanya berbentuk menggumpal yang kemudian akan dicuci dan diproses. Rasanya memiliki sentuhan kacang, earthy, dengan rasa pahit yang lembut tergantung jenis biji kopinya.

2. Kopi Monyet

Di India populasi monyet yang banyak ternyata dapat dimanfaatkan untuk memilih kopi. Hanya saja proses pemilahannya berbeda dengan kopi yang diproses pada hewan luwak.

Monyet akan diberi makan ceri kopi untuk dikunyah selama beberapa menit. Setelahnya monyet tersebut akan melepehkan biji kopi dan isa lapisan kulit ceri yang tak hancur dikunyahnya.

Teknik memilah kopi dengan monyet ini dipraktikkan di Chikmagalur, India. Para ilmuwan dan petani kopi di sana mempercayai adanya enzim pada air liur monyet yang dapat memaksimalkan rasa alami kopi.

3. Kopi Gajah/Black Ivory

Menjadi pesaing kopi dari kotoran hewan termahal, kopi dari kotoran gajah atau Black Ivory mengalahkan popularitas kopi luwak. Kopi ini diproduksi oleh merek Black Ivory Coffee Company yang berada di Chiang Saen, bagian utara Thailand.

Produksi kopi ini memanfaatkan gajah-gajah di Golden Triangle Asian Elephant Foundation yang sengaja dikembangbiakkan. Harga per 450 gram kopinya bisa dijual hingga Rp 7,8 juta di pasar kopi dunia.

Prosesnya gajah akan memakan ceri kopi dan mencernanya selama 15-70 jam. Setelah masuk ke dalam pencernaan gajah, biji kopi akan mengalami pelepasan protein akibat reaksi enzim dan keluar bersamaan dengan kotoran.

4. Kopi Kelelawar

Sebuah produsen kopi di Jamaika, memiliki cara yang unik untuk memilah biji kopi terbaik mereka. The Coffea Diversa Garden dikenal memiliki lahan penanaman kopi dengan lebih dari 200 varietas biji kopi yang dipanen setiap tahunnya.

Populasi kelelawar yang banyak ternyata dapat dimanfaatkan untuk membantu pengolahan kopi agar mendapatkan hasil yang berbeda dari kopi biasanya. Kelelawar akan diberi makan ceri kopi, kemudian bagian kulitnya dikupas dengan giginya, dijilati dan ditelan untuk dihisap kadar gulanya.

Ketika masuk ke dalam saluran pencernaan kelelawar, kopi akan melalui proses fermentasi dan setelah keluar bersama kotoran akan dikeringkan secara alami. Harga jual kopi dari kotoran kelelawar seberat 450 gram ini dibanderol Rp 3,6 juta.

5. Kopi Burung

Burung asli Amerika Selatan berjenis Jacu ternyata dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan kopi yang enak. The Camocim Estate yang ada di Pedra Azul, Espirito, Brasil memanfaatkan burung ini untuk memilah biji kopi berkualitas terbaik sebelum diproses dan didistribusikan.

Henrique Sloper merupakan tokoh pencetus kopi dari kotoran burung pada 2009. Ia memberi makan burung jacu dengan ceri kopi dan menunggu burung-burung tersebut mengeluarkan biji kopi bersamaan dengan kotorannya.

Setelah mencoba mengolahnya ternyata didapatkan rasa kopi dengan sentuhan yang pekat, kekacang-kacangan, dan manis seperti bunga pekak. Jika ingin membelinya butuh menyiapkan dana Rp 5,1 juta per 450 gram biji kopinya.

tag: Kopi dari Kotoran Hewan



BERITA TERKAIT