Marak Kasus Perundungan yang Libatkan Pelajar, Wali Kota Semarang : Perlu Perbaikan Sistem dan Pendampingan
SEMARANG (Jatengreport.com) - Maraknya kasus perundungan atau bullying terhadap siswa di beberapa daerah, mendapat perhatian Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu. Persoalan ini merespon dari beberapa waktu lalu, di mana masyarakat Jawa Tengah digegerkan dengan adanya kejadian murid SMP di Cilacap yang melakukan perundungan terhadap siswa walin. Aksi ini pun membuat geram masyarakat karena perilaku dinilai tak manusiawi dalam melakukan perundungan terhadap pelaku.
Pasalnya di Kota Semarang, tahun 2022 lalu pernah terjadi kasus perundungan terhadap tiga siswa putri di Alun-alun Semarang bahkan beritanya viral di media sosial.
Berkaca dari hal tersebut, Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang bergerak cepat melakukan berbagai upaya memperbaiki sistem di sekolah hingga pendampingan.
"Di Kota Semarang dulunya memang ada kasus, bahkan sampai viral. Namun Alhamdulillah sekarang sudah tidak ada," ujar Mbak Ita, sapaan akrab Hevearita Gunaryanti Rahayu, Rabu (4/10).
"Waktu itu kita kemudian membuat RDRM (Rumah Duta Revolusi Mental), dan tim ini muter ke sekolah-sekolah," tambah Mbak Ita.
Tak hanya sosialisasi dan pendampingan RDRM, lanjut Mbak Ita, Pemkot Semarang juga memiliki program Geber Septi atau Gerakan Bersama, Sekolah Semarang Peduli dan Tanggap Bullying di Kota Semarang.
Mbak Ita menilai jika fenomena bullying yang terjadi akhir-akhir ini karena terpengaruh dengan tontonan atau tayangan di media sosial.
"Kalau saya lihat, mungkin penyebab bullying ini karena banyak juga anak-anak yang meniru, mencontoh tayangan atau media sosial, karena sekarang eranya digital. Mereka melihat film atau konten di gadget dan kemudian menirunya," imbuhnya.
Mengantisipasi hal tersebut, salah satu upayanya yakni dengan lebih masif mendorong Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) di Kota Semarang.
"P5 ini yang harus dikuatkan. Karena kalau siswa sudah disibukkan dengan banyak kegiatan positif maka mereka akan lupa dengan hal hal negatif," terangnya.
Menurut Mbak Ita, saat ini projek P5 sudah bergulir di 60 sekolah dari SD, SMP hingga SMA. "Kami berharap ini bisa diupayakan terus menerus dan kami berterima kasih kepada Kepala Sekolah, kepada guru yang sudah mensupport. Tentunya kita juga tidak boleh lengah, karena kejadian serupa bisa saja terjadi di mana saja kapan saja," katanya.
Selanjutnya, tambah Mbak Ita, anak-anak juga harus dilibatkan dalam kegiatan positif Kota Semarang. Seperti kegiatan kepemudaan, lewat Kita Pemuda, program P5, bahkan melibatkan pelajar ikut serta program ketahanan pangan dengan festival pendamping beras.
"Kita akan libatkan anak-anak muda untuk berkegiatan positif sehingga anak-anak bisa mengisi waktu kosong dengan beragam aktifitas seperti menanam, membatik, berkesenian bahkan olahraga. Ini tentunya bisa membangkitkan semangat anak-anak untuk berkegiatan positif dan mereka akan lupa dengan kegiatan yang negatif," jelasnya.
Sementara Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Semarang bakal lebih serius dalam mencegah aksi bullying dan perundungan di lingkungan sekolah. Hal ini dilakukan demi masa depan anak agar tidak berkonflik dengan hukum serta tidak memiliki catatan kriminal.
Plt Kepala Disdik Kota Semarang, Bambang Pramusinto mengatakan, Kota Semarang memiliki inovasi Gerakan Bersama Sekolah Semarang Peduli dan Tanggap Bullying (Geber Septi) untuk mencegah aksi perundungan. Setiap sekolah di Kota Semarang diwajibkan untuk menjalankan dan menyuarakan gerakan anti-bullying.
Selain inovasi tersebut, sekolah juga diharapkan bisa menanamkan nilai-nilai persatuan lewat Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Menurutnya, ini juga salah satu upaya untuk mengantisipasi terjadinya perundungan antar-siswa.
“Kita manfaatkan secara masif untuk mengadakan kegiatan stop bullying jadi supaya kegiatan anti-bullying kemudian anti-perundungan ini bisa masif dilakukan di setiap sekolah,” ujarnya, Rabu (4/9/2023).
Paguyuban orang tua atau wali siswa yang ada di dalam sekolah juga diharapkan bisa aktif memantau kegiatan anaknya. Dan juga kolaborasi antara sekolah dengan Komite Sekolah untuk terus mengkampanyekan semangat anti-bullying. Dirinya juga mendorong agar media sosial yang dikeloal setiap sekolah di Kota Semarang lebih aktif mengingatkan tentang bahaya perundungan.
“Pihak sekolah juga kami minta selalu mengingatkan kepada pelajar untuk tidak melakukan perundungan,” jelasnya.
Di sisi lain, dirinya meminta kepada pelajar untuk tidak nekat melakukan bullying dan merundung siswa lainnya, karena itu bisa menjadi ranah hukum. Ia berharap, sekolah bisa menjadi tempat yang nyaman dalam menatap masa depan dan juga untuk mengembangkan bakat anak.
“30-40 persen dimanfaatkan untuk mengexplore bakat anak-anak, jadi selain mereka ditempa dari sisi akademisi juga diberikan ruang untuk mengexplore bakatnya. Supaya anak-anak ketika gede (besar) selain pintar secara akademis dia sudah siap dengan kemampuan bakatnya, termasuk kita bangun moral dan integritasnya,” paparnya
“Karena sekarang rapot pendidikan ada 7 elemen, indikator yang harus dibangun salah satunya integritas. Jadi sekarang ini memang kebijakan kurikulum merdeka ini sudah komprehensif. Akademis dibangun, karakter kebhinekaan juga dibangun,” imbuhnya.
tag: Wali Kota Semarang Hevearita