Seminar SCU Rayakan Warisan Rm Mangunwijaya dan Langkah Menuju Gelar Pahlawan Nasional

images

Jateng

Bintang

27 Nov 2024


SEMARANG (Jatengreport.com) - Soegijapranata Catholic University (SCU) menggelar Seminar “Jejak Karya Mangunwijaya: Menuju Gelar Pahlawan Nasional” di Theater Thomas Aquinas, Kampus 1 Bendan secara hybrid pada Senin, 25 November 2024. 
Seminar ini mengupas kontribusi besar Rm. YB. Mangunwijaya dalam dunia pendidikan, arsitektur, dan kemanusiaan.

Ketiga topik tersebut dibahas oleh Budayawan Mohammad Sobary, Ketua Yayasan Dinamika Edukasi Dasar Rm. CB. Mulyatno dan Dekan Fakultas Arsitektur dan Desain (FAD) SCU Dr. Robert Rianto W.
 
Diselenggarakan pula pameran foto karya arsitektur Rm. Mangunwijaya di Selasar Thomas Aquinas.

Beberapa karya yang ditampilkan juga turut dibahas dalam seminar, di antaranya Gereja St. Maria Assumpta Klaten, Bentara Budaya Jakarta, dan Gereja 12 Rasul.

Menurut keterangan Rektor SCU Dr. Ferdinandus Hindiarto, kegiatan ini merupakan upaya pihaknya mengusulkan sekaligus mengawal Rm. Mangunwijaya meraih gelar pahlawan nasional.

Sejalan dengan itu, dukungan ini menurut Dr. Ferdinand juga tidak terlepas dari alasan sulitnya mencari figur yang mampu menjadi panutan di era modern ini. 
 
“Kita bisa belajar banyak dari Rm. Mangunwijaya. Dukungan kami juga tidak terlepas dari keresahan bahwa sekarang ini tidak adanya sosok yang bisa dijadikan role model, khususnya dalam hal kemanusiaan dan karya pendidikan,” tegasnya.
 
Bukan hanya SCU, kegiatan ini juga diinisasi PP-25 (Panitia Peringatan 25 tahun Wafatnya Romo Mangun), Ikatan Alumni Filsafat dan Teknologi (Ikafet) Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, dan Poltekka Mangunwijaya. 
 
Koordinator PP-25 Agustinus Kunarwoko menjelaskan saat ini pihaknya sedang dalam proses mengajukan usulan tersebut.

Seminar serta pameran foto yang diselenggarakan juga merupakan upaya untuk meraih dukungan, khususnya di lingkungan perguruan tinggi.

Selain itu juga buku yang menceritakan kiprah Rm. Mangunwijaya akan diterbitkan pada Februari 2025, untuk tujuan yang sama.
 
“Orang-orang terdekat beliau merasa gelar ini tidak perlu, karena sosok Rm. Mangunwijaya yang sudah menjadi pahlawan di hati mereka. Tapi kami tetap merasa ini perlu, karena kiprahnya yang sudah lintas disipliner dan melewati batas agama,” ungkap Kunarwoko.

Lebih dari itu, baik Kunarwoko maupun Dr. Ferdinand menilai dengan adanya gelar tersebut, karya-karya Rm. Mangunwijaya bisa terus dikembangkan.

Rm. Mangunwijaya dikenal karena dedikasinya mendirikan Yayasan DED yang menawarkan pendekatan pendidikan holistik bagi anak-anak kurang mampu.

Dalam arsitektur, karya-karyanya mengusung konsep tektonika yang mengutamakan harmoni dengan alam dan budaya lokal.

Selain itu, perjuangannya bersama warga Kali Code di Yogyakarta dan warga terdampak proyek Waduk Kedung Ombo menjadi bukti nyata komitmennya dalam membela hak-hak kaum terpinggirkan.

tag: berita



BERITA TERKAIT