Daya Beli Melemah, Deflasi Jadi Tanda Krisis Ekonomi Semakin Dekat

images

Nasional

Tim Jateng Report

17 Sep 2024


JAKARTA (Jatengreport.com) - Indonesia tengah berada di ambang krisis ekonomi yang serius, ditandai dengan deflasi yang berlangsung selama empat bulan berturut-turut, dari Mei hingga Agustus 2024.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat fenomena ini sebagai peringatan akan ketidakstabilan ekonomi.

Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Esther Sri Astuti, menegaskan bahwa deflasi ini merupakan tanda nyata bahwa perekonomian Indonesia sedang menghadapi tekanan, terutama karena daya beli masyarakat yang terus menurun.

Esther menyampaikan bahwa deflasi berbulan-bulan sering kali menjadi tanda masa-masa krisis ekonomi.

Dalam sejarah ekonomi Indonesia, deflasi yang berlarut-larut terjadi pada masa pemulihan krisis moneter tahun 1999, krisis finansial global pada 2008-2009, dan pandemi Covid-19 pada 2020.

"Deflasi yang terus-menerus ini menjadi sinyal bahwa krisis bisa saja terjadi, kecuali jika pemerintah segera melakukan intervensi kebijakan yang tepat," ujar Esther dalam sebuah forum daring di Jakarta.

Melemahnya daya beli masyarakat menjadi salah satu faktor kunci dalam situasi ini. Guru Besar Fakultas Bisnis dan Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Aloysius Gunadi Brata, juga mengungkapkan bahwa deflasi yang disertai dengan penurunan daya beli merupakan indikator bahwa perekonomian nasional sedang tidak berada dalam kondisi yang baik.

Permintaan yang melemah di pasar menunjukkan tekanan yang sedang dihadapi oleh ekonomi nasional, dan langkah-langkah pemulihan menjadi sangat penting untuk memperkuat daya beli masyarakat.

Dalam upaya pemulihan, pemerintah diharapkan untuk meninjau ulang kebijakan fiskal, terutama terkait beban pajak yang dikenakan kepada masyarakat.

Pengurangan pajak penghasilan dan belanja bisa menjadi solusi untuk mengurangi tekanan ekonomi.

Selain itu, kelompok masyarakat yang paling terdampak oleh penurunan daya beli perlu mendapatkan perhatian khusus. Skema subsidi dan bantuan sosial dapat menjadi langkah intervensi yang efektif untuk meringankan beban mereka.

Sektor industri juga memerlukan perhatian, terutama dalam hal relaksasi pajak yang selama ini membebani produsen.

Selain itu, intervensi moneter guna mengurangi biaya pembiayaan (cost of fund) bisa menjadi upaya tambahan untuk meringankan beban industri. Dengan tindakan yang cepat dan terukur, roda perekonomian nasional diharapkan dapat kembali bergerak lebih cepat, menghindari risiko perlambatan yang berkepanjangan.

Deflasi juga memiliki implikasi serius terhadap utang. Badiul Hadi, Manajer Riset Seknas Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Fitra), menjelaskan bahwa deflasi dapat meningkatkan nilai riil utang pemerintah dan swasta karena daya beli mata uang naik. Kondisi ini akan memperberat beban pembayaran utang, sehingga pemerintah perlu mengambil tindakan segera untuk mengatasi situasi ini.

Salah satu langkah yang dapat diambil adalah meningkatkan belanja publik dan memberlakukan stimulus fiskal guna mendorong permintaan agregat dan memulihkan kepercayaan ekonomi. Peningkatan anggaran untuk bantuan sosial, subsidi, dan infrastruktur dapat menjadi pilihan kebijakan yang efektif, termasuk insentif pajak yang lebih agresif untuk mendorong pengeluaran.

Selain itu, situasi global yang penuh ketidakpastian juga mempengaruhi kondisi ekonomi dalam negeri. YB. Suhartoko, Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Katolik Atmajaya Jakarta, menyatakan bahwa deflasi mungkin terjadi karena turunnya permintaan akibat ekspektasi masyarakat mengenai ketidakpastian, baik di dalam negeri karena pergantian pemerintahan maupun luar negeri terkait kondisi politik, ekonomi, dan iklim global.

Pemerintah perlu segera mengambil langkah-langkah antisipatif untuk memperkuat sektor konsumsi, yang pada akhirnya akan memberikan dampak positif terhadap perusahaan dan pendapatan nasional.

Dalam menghadapi tantangan ini, pemerintah dan pihak terkait perlu segera mengambil langkah strategis yang efektif dan tepat sasaran.

Penguatan daya beli masyarakat melalui kebijakan fiskal yang lebih inklusif, pemberian stimulus pada sektor industri, dan upaya menjaga stabilitas ekonomi menjadi langkah kunci untuk mencegah krisis yang lebih dalam. Dengan tindakan yang tepat, Indonesia masih memiliki peluang untuk keluar dari ancaman krisis dan menjaga stabilitas perekonomian nasional.

tag: berita



BERITA TERKAIT