Tersesat Rantai Cicilan, Pegadaian Beri Harapan Emas

images

FOTO ISTIMEWA : Lia nasabah Pegadaian sedang menyimpan barang berharganya ke dalam brankas pribadi, simbol kepercayaan dan keamanan layanan Pegadaian yang terus berinovasi membantu masyarakat.

Jateng

Bintang

17 Sep 2025


SEMARANG (Jatengreport.com) - Sore itu, hujan mengguyur jalanan Kota Semarang. Lia (27) seorang karyawan swasta di Semarang, duduk di ruang kontrakannya sambil memegang ponsel.

Tangannya lincah membuka aplikasi Pegadaian Digital. Di layar, saldo tabungan emasnya bertambah. Ia tersenyum lega.

“Kalau dulu, setiap tanggal gajian yang saya cek itu sisa cicilan. Sekarang, yang saya lihat justru berapa gram emas yang sudah terkumpul,” ucap Lia dengan nada penuh syukur, Rabu (17/9).

Bagi Lia, Pegadaian bukan sekadar lembaga keuangan, ia menyebutnya “sahabat yang mengubah hidup”.

Dari kebiasaan konsumtif yang membuatnya terjerat cicilan, kini ia menjadi anak muda yang disiplin berinvestasi.

Terjebak dalam Lingkaran Cicilan

Beberapa tahun lalu, kehidupan Lia penuh dengan cicilan. Gaji bulanannya terasa tak pernah cukup.

Hampir semua barang, mulai dari ponsel terbaru hingga perabot rumah kontrakan, ia beli dengan cara kredit.

“Rasanya waktu itu hidup seperti hanya kerja untuk bayar utang. Setiap awal bulan, gaji langsung habis buat cicilan. Sisanya nggak cukup untuk tabungan, apalagi darurat,” kenangnya.

Dalam dua tahun, Lia hidup dalam bayang-bayang tagihan. Di media sosial, ia terlihat seperti anak muda kekinian dengan gaya hidup modern. Tapi di balik layar, hatinya was-was.

“Saya bahkan pernah menunda bayar listrik demi melunasi cicilan. Itu titik terendah saya,” ucap Lia lirih.

Nasihat dan Kenangan Masa Kecil

Perubahan hidup Lia bermula dari nasihat orang tuanya. Sejak kecil, ia terbiasa melihat ayahnya yang pedagang kecil menyimpan sebagian penghasilan dalam bentuk emas, dan hampir selalu lewat Pegadaian.

“Ayah sering bilang, kalau ada apa-apa, Pegadaian selalu bisa diandalkan. Waktu itu saya nggak paham. Tapi setelah terjebak cicilan, saya baru sadar maksudnya,” tutur Lia.

“Kalau kamu hidup dari cicilan terus, sampai kapan bisa tenang? Cobalah simpan uangmu di Pegadaian. Beli emas sedikit-sedikit. Lama-lama akan terasa hasilnya," ujar lia teringat kata-kata itu membekas kala itu ibunya menasihatinya.

Membeli Emas di Pegadaian

Tiga tahun lalu, Lia memberanikan diri melangkah ke outlet Pegadaian terdekat. Dengan tabungan kecil hasil menahan keinginan belanja, ia membeli emas pertamanya.

“Itu emas pertama yang benar-benar saya beli dari hasil kerja sendiri. Rasanya berbeda sekali, ada bangga sekaligus lega,” ujarnya dengan mata berbinar.

Sejak saat itu, Lia rutin menabung emas di Pegadaian. Awalnya lewat kantor cabang, lalu beralih ke aplikasi Pegadaian Digital yang lebih praktis.

“Sekarang tinggal buka aplikasi, isi saldo, dan langsung bisa nabung emas meski cuma Rp10 ribu. Buat karyawan seperti saya, ini paling realistis,” katanya.

Pegadaian Penolong Hidup

Bagi Lia, Pegadaian lebih dari sekadar tempat membeli emas. Ia pernah terbantu saat ada kebutuhan mendesak, seperti biaya rumah sakit keluarganya. Saat itu, ia menggadaikan perhiasan kecil.

“Dalam beberapa jam, saya sudah bisa bawa pulang dana darurat. Tanpa Pegadaian, saya nggak tahu harus pinjam ke siapa,” ungkapnya.

Selain itu, Lia juga mengikuti beberapa kelas literasi keuangan yang digelar Pegadaian.

Dari sana ia makin yakin bahwa mengelola uang bukan hanya soal menabung, tapi juga merencanakan masa depan.

“Pegadaian tidak cuma kasih produk, tapi juga edukasi. Itu yang bikin saya merasa ditemani,” jelasnya.

Anak Muda dan Pegadaian

Berdasarkan data internal Pegadaian mencatat, pengguna produk Tabungan Emas meningkat pesat, dengan mayoritas berasal dari generasi muda.

Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), lebih dari 60% investor baru di Indonesia berasal dari kelompok usia di bawah 35 tahun. Pegadaian menjadi salah satu pintu masuk utama, karena menawarkan kemudahan dan nominal awal yang sangat terjangkau.

“Generasi milenial dan Gen Z kini semakin sadar pentingnya investasi. Pegadaian hadir dengan produk yang sesuai kebutuhan mereka, terutama lewat digitalisasi,” ungkap Dr. Arif Budiman, ekonom Universitas Diponegoro, belum lama ini.

Pegadaian Sumber Semangat Baru

Perlahan, gaya hidup Lia berubah total. Jika dulu cicilan mendikte hidupnya, kini saldo investasi emas menjadi sumber semangat baru.

“Saya jadi lebih disiplin. Setiap kali dapat gaji, saya sisihkan dulu untuk tabungan emas di Pegadaian. Sisanya baru untuk kebutuhan sehari-hari,” jelas Lia.

Kepuasan yang dulu datang dari barang baru, kini berganti dengan rasa aman.

“Senang banget lihat saldo emas bertambah. Itu seperti melihat masa depan saya lebih terjamin,” katanya.

Pegadaian Jadi Sahabat Hidup

Kini, Lia menyebut Pegadaian sebagai sahabat setia. Baginya, lembaga ini bukan hanya solusi keuangan, melainkan partner dalam perjalanan hidup.

“Pegadaian yang membuat saya sadar bahwa investasi bisa dimulai dari kecil. Saya merasa ditemani, bukan dibiarkan. Itu yang membuat saya bertahan sampai sekarang,” ujarnya dengan mata berkaca-kaca.

Hidup Baru Berkat Pegadaian

Hari ini, Lia merasa lebih tenang menghadapi masa depan. Ia punya tabungan emas yang bisa diandalkan.

Ia punya pengalaman nyata bagaimana Pegadaian menolong saat darurat. Dan yang terpenting, ia terbebas dari jeratan cicilan yang dulu membelenggu.

“Kalau bukan karena Pegadaian, mungkin saya masih hidup dikejar cicilan. Sekarang saya bisa bilang, hidup saya benar-benar berubah,” ujarnya mantap.

Bagi Lia, Pegadaian bukan hanya soal emas atau pinjaman. Lebih dari itu, Pegadaian adalah pintu menuju hidup baru dengan hidup yang lebih tenang, terencana, dan penuh harapan. (***)

tag: berita



BERITA TERKAIT