Desain Cerdas Rel Kereta Api: Fungsi Celah untuk Keamanan Jalur
JAKARTA (Jatengreport.com) – Bagi penumpang kereta api, suara “duk-duk” yang terdengar saat melintasi rel mungkin sudah tidak asing lagi.
Suara ini muncul setiap kali roda kereta melintas di atas sambungan antar batang rel. Namun, tahukah Anda bahwa celah di antara sambungan rel itu bukanlah cacat konstruksi, melainkan bagian dari desain teknis yang sangat penting?
PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi (Daop) 1 Jakarta menjelaskan bahwa keberadaan celah pada sambungan rel berfungsi untuk menjaga kestabilan dan keselamatan jalur rel, khususnya dalam menghadapi perubahan suhu.
Menurut Manager Humas KAI Daop 1 Jakarta, Ixfan Hendriwintoko, celah antar sambungan rel adalah bagian dari rekayasa termal yang sudah diperhitungkan secara matang.
Celah tersebut dibutuhkan untuk mengantisipasi pemuaian dan penyusutan rel akibat fluktuasi suhu, terutama saat terkena panas matahari secara langsung.
“Rel terbuat dari baja, yang secara alami akan memuai saat panas dan menyusut saat dingin. Tanpa celah, pemuaian ini bisa menyebabkan rel melengkung, atau bahkan retak karena tekanan yang terlalu besar,” ujar Ixfan.
Fenomena ini dikenal dalam fisika sebagai thermal expansion atau pemuaian termal. Di siang hari, suhu permukaan rel bisa meningkat drastis, yang akan memicu pemuaian panjang rel.
Jika tidak ada ruang ekspansi yang cukup, risiko seperti track buckling—pelengkungan rel yang membahayakan bisa terjadi dan membahayakan perjalanan kereta api.
“Celah ini menjadi solusi untuk menyerap tekanan dari pemuaian tersebut, sehingga beban tidak terkonsentrasi di satu titik sambungan,” jelasnya.
Untuk menyambungkan rel yang memiliki celah ini, KAI menggunakan perangkat tambahan berupa rail joint bars (plat sambungan) dan fish bolts (baut khusus).
Sistem ini tak hanya menjaga fleksibilitas rel terhadap perubahan suhu, tapi juga mempermudah perawatan serta penggantian rel ketika dibutuhkan.
Meski demikian, di jalur strategis dengan lalu lintas tinggi, KAI mulai banyak menggunakan jenis rel modern yakni Continuous Welded Rail (CWR), yaitu rel panjang tanpa celah sambungan konvensional.
Pada rel jenis ini, manajemen ekspansi termal dilakukan dengan metode yang lebih kompleks, seperti penggunaan rail anchor dan sistem ballast retention untuk menjaga kestabilan struktur rel.
“Kami ingin masyarakat memahami bahwa suara sambungan rel dan celah antar batang rel adalah bagian dari sistem keselamatan yang telah memenuhi standar internasional,” katanya.
Dengan edukasi ini, KAI berharap masyarakat semakin memahami kompleksitas teknis di balik sistem perkeretaapian nasional, dan mengapresiasi upaya yang terus dilakukan untuk menjaga keamanan, kenyamanan, dan keandalan perjalanan kereta api di Indonesia.
tag: berita