Teater Emka Suguhkan Pesan Sosial dalam Pentas "Andam Karam" di Festival Bukit Jatiwayang

images

Jateng

Tim Jateng Report

15 Sep 2024


SEMARANG (Jatengreport.com) - Teater Emper Kampus (Emka) Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Undip kembali berikan dedikasinya sesuai dengan Visi mereka, yakni "Teater untuk Rakyat", dalam gelaran pentas di acara Festival Bukit Jatiwayang V di RW 03, Ngemplak Simongan, Kec. Semarang Barat, Kota Semarang, pada hari Jumat (13/9/2024).

Pentas berjudul "Andam Karam" karya Teater Emka dimulai sekitar pukul 19.30 WIB. Pentas tersebut menceritakan tentang wacana pendidikan secara umum, hingga pendidikan karakter di dalam sebuah keluarga.

Berdasarkan keterangan dari Via Enggelina, selaku sutradara pertunjukan sekaligus Ketua Teater Emka, wacana tersebut dipilih berdasarkan kondisi kekinian atas permasalahan yang sering mereka temukan, baik itu di lingkungan sekitar maupun di media sosial.

"Isu yang kami angkat tidak jauh dari kehidupan kami. Terkait pendidikan, tak hanya sistem rigid dari pemerintah yang perlu dikritisi. Akan tetapi, perlu penyadaran juga dari sisi masyarakatnya," ungkap Via Enggelina, setelah pertunjukan selesai.

Andam Karam yang berarti hilang-musnah tak tersisa, menjadi judul yang menyimbolkan dampak dari wacana tersebut. Gadis yang kerap disapa Enggel itu melanjutkan, bahwa kisah tokoh Elok, Bayu dan keluarganya, bisa ditemukan di manapun, sebagai salah satu contoh pembelajaran.

"Kisah Elok dan keluarganya, bisa kita temukan di kondisi hari ini. Sehingga dengan ditampilkan di tengah masyarakat secara langsung, diharapkan ada pembelajaran yang diambil oleh masyarakat. Supaya tidak mengalami hal yang sama," jelas dia.

Dalam pentas tersebut, diceritakan bahwa Elok harus mengubur keinginannya untuk bisa mencari beasiswa dan berkuliah karena insidennya bersama sang pacar. Yakni video asusila mereka berdua tersebar dan viral.

Dari sudut pandang lain, sedari awal ayah Elok tidak merestui anak gadisnya berkuliah. Selain bukan dari keluarga berada dengan biaya kuliah yang tinggi, sang ayah merasa kapok atas pengalaman pertamanya menguliahkan kakak Elok yang bernama Bayu.

Bayu diceritakan mengalami masa kuliah yang lama, yakni 7 tahun pada tahap S1. Usai lulus, Bayu tak kunjung mendapatkan pekerjaan dan lebih banyak beraktivitas di rumah. Hal itu membuat ayah mereka enggan menguliahkan Elok, meski Bayu tetap mendukung keinginan si adik.

"Case seperti ini dirasa relate bagi banyak orang, terutama di kalangan ekonomi menengah ke bawah. Biaya pendidikan yang semakin tinggi, trust issue yang dialami si bapak. Sampai kondisi Bayu yang kesusahan mencari lapangan pekerjaan," kata Enggel.

"Terlebih, lingkungan juga memiliki andil. Seperti kasus Elok yang akhirnya terjerumus dalam hubungan bebas dengan pacarnya, sampai akhirnya video asusila mereka tersebar. Menjadi benang merah yang kusut dan perlu ada penyadaran dari masing-masing pihak," lanjut dia.

Pentas tersebut disambut hangat oleh warga Jatiwayang. Bahkan Ketua RW 03, Agus Setiawan, mengatakan bahwa "Andam Karam" tak hanya sebuah pentas yang menyuguhkan tontonan dan hiburan, melainkan juga tuntunan.

"Kami sangat senang dengan adanya pentas dari teman-teman Teater Emka. Karena pertunjukannya tak hanya sebuah tontonan dan hiburan untuk warga, namun juga bisa dijadikan tuntunan," kata Agus Setiawan.

Pertunjukan Pentas "Andam Karam" dari Teater Emka, masuk dalam rangkaian Festival Bukit Jatiwayang V yang diselenggarakan selama delapan hari penuh, yakni dari hari Minggu (8/9/2023) sampai dengan hari Minggu (15/9/2024) mendatang.

Agenda bertema "Sangkan Paran" tersebut berkolaborasi dengan Kolektif Hysteria dan Platform PekaKota Institute. Beragam kegiatan ikut serta meramaikan festival, seperti panggung musik, forum kebudayaan, teater, hingga pertunjukan tradisi.

tag: jateng



BERITA TERKAIT